Ripzy, Gen Z dari NTB yang Memilih Terjun ke Dunia Politik  

Minat anak muda terjun ke dunia politik masih rendah di NTB

Mataram, IDN Times - Rendahnya minat anak muda terjun ke dunia politik, M Ripzy Abdul Latif (24) justru memantapkan diri mengambil pengabdian di jalur tersebut. Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram tahun 2021 ini memilih jalur politik praktis untuk dapat berkontribusi membangun daerah.

Berdasarkan hasil survei Aksara Research and Consulting pada 21 Desember 2022 lalu, minat anak muda terjun ke politik praktis masih rendah. Hanya 13,6 persen anak muda yang menyatakan berminat menjadi anggota partai politik.

Ripzy menjelaskan alasan dirinya terjun ke politik praktis. Pengalaman berorganisasi yang diperoleh di kampus harus dikembangkan untuk pengabdian yang lebih luas lagi untuk kemajuan daerah, bangsa dan negara. "Ketika keluar dari kampus akan menambah pengalaman, maka kita masuk politik praktis," kata Ripzy saat berbincang dengan IDN Times di Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (25/2/2023).

1. Dorong anak muda NTB terjun ke dunia politik

Ripzy, Gen Z dari NTB yang Memilih Terjun ke Dunia Politik  Ilustrasi bendera partai politik. (ANTARA FOTO/ Reno Esnir)

Menurut Ripzy, anak muda khususnya millennials dan Gen Z memiliki kesempatan yang cukup panjang untuk ikut membangun daerah. Hal itulah yang mendorong dirinya ikut terjun ke dunia politik meskipun baru berusia 24 tahun.

Dengan terjun ke politik praktis, ia berharap anak muda di NTB dapat mengikuti jejaknya. Karena anak muda yang ada sekarang merupakan generasi penerus bangsa.

"Kita yang tampil sekarang agar bisa mendorong anak muda-anak muda yang lain ikut terjun ke politik. Istilahnya kita menjadi pemancing bagi anak muda yang lain terjun ke dunia politik Sehingga ke depannya kita bisa berkontribusi bagi daerah," kata pengurus DPW Partai Solidaritas Indonesia  (PSI) NTB ini. 

Banyak orang awam bahkan anak muda yang mengatakan bahwa politik adalah hal yang buruk. Tetapi menurutnya, itu anggapan orang yang melihat dari luarnya saja. Dengan terjun langsung di dalamnya, banyak hal yang bisa diperbuat melalui jalur politik untuk perubahan suatu daerah dan bangsa.

"Sehingga atas dasar itu saya membesarkan hati, meminta pendapat teman-teman, berdiskusi dengan teman-teman yang lain. Sehingga hati saya mantap ikut terjun ke dunia politik praktis," tuturnya.

Baca Juga: [WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 

2. Lewat politik bisa membuat perubahan bagi masyarakat

Ripzy, Gen Z dari NTB yang Memilih Terjun ke Dunia Politik  ilustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Ripzy mengatakan, pengabdian lewat jalur politik praktis bisa sangat luas. Yaitu, bagaimana berpikir bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri tetapi dapat berbuat bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas.

Dengan terjun ke dunia politik, anak-anak muda bisa membuat perubahan bagi masyarakat menjadi lebih baik. Politik itu tidak sekadar masalah kekuasaan, tetapi, menurutnya, politik adalah bagaimana memanusiakan manusia.

Lewat jalur politik, anak muda bisa mendorong kebijakan-kebijakan pemerintah lebih baik lagi ke depannya. Ia memberikan contoh seperti di NTB, di mana kasus kekerasan di dunia pendidikan terhadap perempuan dan anak masih menjadi isu krusial.

Dengan terjun ke dunia politik, masalah tersebut lebih mudah disuarakan agar dilakukan pembenahan-pembenahan oleh pemerintah daerah. Begitu juga masalah lingkungan dan perubahan iklim.

3. Penyebab Gen Z masih rendah terjun ke dunia politik

Ripzy, Gen Z dari NTB yang Memilih Terjun ke Dunia Politik  Ketua DPW PSI NTB Dian Sandi Utama. (dok. Istimewa)

Sementara itu, Ketua DPW PSI NTB Dian Sandi Utama menambahkan, partisipasi Gen Z dalam dunia politik di NTB masih rendah. Anak-anak muda ini lebih memilih jalur konservatif seperti sekolah, kuliah, bekerja di pemerintahan maupun swasta. 

Sangat sedikit yang melirik politik setelah lulus kuliah. Bisa jadi itu disebabkan banyak perusahaan yang melarang pegawainya aktif dalam kegiatan partai politik dalam kurun waktu tertentu. 

Selain itu, corak politik di NTB masih kental nuansa patron klien. Anak muda masih ikut pilihan tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama. Meskipun tidak semua anak muda begitu, namun berdasarkan data-data lembaga survei, mayoritas suara masih dikendalikan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat yang banyak juga pengikutnya dari kalangan Gen Z.

PSI tetap optimis keberadaan anak muda menjadi harapan pada pemilu 2024 nanti. Ia menargetkan agar ada perwakilan partainya di masing-masing DPRD di seluruh NTB. 

"Pengurus DPW dan DPD di NTB memang didominasi millennials dan Gen Z. Sebagian dari mereka sudah mendaftarkan diri sebagai calon legislatif. Namun secara umum kami tidak membatasi usia, bisa dari semua usia," terangnya.

4. Jadikan kampus sebagai tempat pendidikan politik anak muda

Ripzy, Gen Z dari NTB yang Memilih Terjun ke Dunia Politik  Pengamat Politik NTB Prof. Kadri. (dok. Istimewa)

Pengamat politik NTB Kadri mengatakan, perwakilan politik millenials dan Gen Z di NTB memang masih kurang.  Tercermin dalam struktur keanggotaan DPRD tingkat I maupun II di NTB. 

Tetapi sebagian di antara anak muda ini menduduki struktur penting politik, seperti Ketua DPD I Golkar NTB, Ketua DPD Partai Gelora NTB, Ketua DPD Partai Demokrat NTB, dan Ketua PSI NTB. 

"Kita harap keberadaan mereka bisa menjadi spirit bagi anak-anak muda lain untuk terjun ke dunia politik," harapnya.

Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Mataram ini mengusulkan agar kampus menjadi sarana pembelajaran politik bagi mahasiswa. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) harus memiliki ruang dalam penyelenggaraan forum diskusi terkait poltik. 

Menurutnya, ini bisa menjadi cara efektif untuk menarik dan mendorong anak muda berpartisipasi dalam politik.

"Mereka harus diberikan pendidikan politik. Kita tak boleh melihat ketika politisi masuk kampus mau memolitisasi kampus. Tetapi kampus menjadi tempat akademik yang harus mendengar ide dan pikiran," katanya.

Sehingga setelah menjadi sarjana, mereka punya pikiran terlibat di dunia politik. Kadri menyatakan anak muda adalah orang yang masih idealis. "Kita harap politik itu seperti itu. Supaya mereka bisa mewarnai politik," ujarnya.

5. Anak-anak muda memiliki semangat yang lebih baik

Ripzy, Gen Z dari NTB yang Memilih Terjun ke Dunia Politik  twitter.com/gen_senden

Kadri menambahkan dari sisi semangat politisi muda jauh lebih energik dan kreatif dibandingkan politisi yang sudah senior. Mereka juga tidak punya masa lalu yang kelam dibandingkan mantan pejabat yang menjadi politisi.

"Mereka start di dunia politik benar-benar terkonsentrasi tanpa berpikir masa kelam masa lalunya. Tapi ini menjadi ujian juga bagi politisi muda. Jangan sampai mereka tidak jauh lebih baik dari politisi senior. Karena kalau menjadi tidak baik maka akan menjadi bumerang bagi generasi muda yang terjun di dunia politik," ujarnya.

Politisi muda menjadi pembeda dengan yang sudah tua dari sisi kinerja. Politisi muda harus punya kepedulian terhadap isu mendasar di masyarakat seperti isu pendidikan dan kemiskinan.

"Kalau ini bisa dilakukan maka akan bisa menggerakkan gerbong-gerbong pemilih pemula dan muda untuk berpartisipasi dalam pemilu. Apalagi jumlah pemilih muda ini tidak sedikit. Itu adalah potensi yang harus bisa direbut oleh para politisi muda," tandasnya.

Baca Juga: Hentikan Tambang Pasir Besi, Dinas ESDM NTB: Itu Kewenangan Pusat 

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya