Puncak Kemarau, 43 Kecamatan ini Siaga dan Waspada Kekeringan di NTB 

Waspadai kekeringan, kebakaran dan suhu dingin

Mataram, IDN Times - BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis. Bencana kekeringan meteorologis yang kerap melanda NTB di musim kemarau terpantau mulai terjadi di sebagian wilayah NTB.

BMKG Stasiun Klimatologi NTB mencatat sebanyak 43 kecamatan yang masuk level siaga dan waspada kekeringan. Dengan rincian 13 kecamatan masuk level siaga kekeringan dan 30 kecamatan masuk level waspada kekeringan.

1. Sebaran kecamatan yang masuk level siaga dan waspada kekeringan

Puncak Kemarau, 43 Kecamatan ini Siaga dan Waspada Kekeringan di NTB Ilustrasi droping air bersih. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana menyebutkan 13 kecamatan yang masuk level siaga kekeringan. Antara lain, Kecamatan Wawo, Bolo dan Soromandi di Kabupaten Bima. Kemudian, Kecamatan Pringgabanya, Sambelia, Sakra Barat dan Swela di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya, Kecamatan Buer, Labuhan Pandan dan Lape di Kabupaten Sumbawa, Kecamatan Maluk di Kabupaten Sumbawa Barat, serta Kecamatan Huu dan Kilo di Kabupaten Dompu.

Sedangkan 30 kecamatan yang masuk level waspada kekeringan terdapat di Kecamatan Dompu, Kempo, Manggalewa, Pajo dan Woja di Kabupaten Dompu. Kemudian Kecamatan Bolo, Lambitu, Lambu, Madapangga dan Palibelo di Kabupaten Bima.
Kecamatan Raba dan Rasanae Timur di Kota Bima, Kecamatan Gerung dan Lembar di Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Janapria, Jonggat, Praya Barat Daya, Praya Tengah dan Pujut di Kabupaten Lombok Tengah.

Selain itu, Kecamatan Jerowaru, Labuhan Haji, Masbagik, Montong Gading, Sikur dan Sukamulia di Kabupaten Lombok Timur, serta Kecamatan Batulanteh, Empang, Labangka, Lenangguar dan Moyo Utara di Kabupaten Sumbawa.

Baca Juga: Belum Teken Kontrak, 'GT World Challenge' Batal Digelar di Mandalika? 

2. Curah hujan di wilayah NTB kategori rendah

Puncak Kemarau, 43 Kecamatan ini Siaga dan Waspada Kekeringan di NTB Ilustrasi sawah mengalami kekeringan. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Nindya mengatakan curah hujan di wilayah NTB pada dasarian III Juli 2022 seluruhnya masuk dalam kategori rendah yaitu di bawah 10 mm/dasarian. Curah hujan tertinggi tercatat terjadi di Pos Hujan Selong Belanak, Kabupaten Lombok Tengah sebesar 10 mm/dasarian.

"Sifat hujan pada dasarian III Juli 2022 di wilayah NTB didominasi kategori Bawah Normal (BN), namun sifat hujan Atas Normal juga terjadi di sebagian Kabupaten Lombok Barat bagian selatan, Lombok Tengah bagian selatan, serta sebagian kecil pesisir Lombok Timur bagian selatan," kata Nindya, Senin (1/8/2022).

Berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) provinsi NTB umumnya dalam kategori menengah yaitu 11 – 20 hari hingga panjang yakni 21 – 30 hari. Namun di beberapa wilayah sudah terpantau HTH dengan kategori sangat panjang yakni 31 – 60 hari. HTH terpanjang terpantau terjadi di wilayah Perigi, Kabupaten Lombok Timur sepanjang 58 hari.

Peluang curah hujan pada dasarian I Agustus 2022, kata Nindya, sudah semakin berkurang. Peluang curah hujan dengan intensitas di bawah 20 mm/dasarian terjadi merata di seluruh wilayah NTB dengan probabilitas di atas 80 persen.

3. Waspadai kekeringan, kebakaran dan suhu dingin

Puncak Kemarau, 43 Kecamatan ini Siaga dan Waspada Kekeringan di NTB Ilustrasi kebakaran hutan (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Memasuki periode puncak musim kemarau 2022, lanjut Nindya, masyarakat NTB perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, hingga suhu dingin yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun demikian, masyarakat juga tetap perlu mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem bersifat lokal seperti terjadinya angin kencang dan hujan yang terjadi secara tiba-tiba.

"Masyarakat juga diiimbau untuk dapat mengantisipasi terjadinya potensi kekeringan dengan membuat tampungan air terutama pada wilayah yang rentan," ujarnya.

Ditambahkan, suhu dingin di NTB berpeluang terjadi pada Juli-Agustus. Karena pada bulan-bulan tersebut, wilayah NTB memasuki periode puncak musim kemarau. Yang mana pada periode puncak musim kemarau, umumnya merupakan siklus suhu minimum tahunan.

"Sepanjang tahun 2022, BMKG Stasiun Klimatologi NTB mencatat suhu minimum terendah sebesar 16,6 derajat celcius pada 25 Juli 2022 yang lalu," ungkapnya.

Baca Juga: Jelang WSBK 2022, Sirkuit Mandalika Akan Diaspal Ulang 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya