Orang Tua Wajib Tahu, ini Kiat Sukses Mendidik Gen Z di Era Digital 

Cara agar anak matang di usia 20 tahun

Mataram, IDN Times - Generasi Z (Gen Z) memiliki karakteristik yang unik dibandingkan Generasi Y atau Milenial dan Generasi X. Hal itu disebabkan mereka hidup di lingkungan yang serba digital sehingga membuat orientasi, gaya hidup, dan gaya belajar Gen Z juga berbeda.

Pakar Parenting dr. Aisyah Dahlan mengatakan pada usia 10 - 17 tahun anak-anak Gen Z berada di masa yang cukup aktif. Menurut dr. Aisyah, cara mendidik anak laki-laki dan perempuan Gen Z juga berbeda.

"Anak yang laki-laki kayak raja, perempuan kayak ratu. Dan mereka semua ingin dianggap oleh orang tuanya," kata dr. Aisyah usai Seminar bertajuk 'Solusi Mengatasi Permasalahan Pendidikan Anak Generasi Z dan Post Gen Z' yang digelar Majelis Wilayah Forum Alumni HMI Wati (FORHATI) NTB di Mataram, Minggu (30/7/2023).

1. Remaja Gen Z gak suka dinasihati

Orang Tua Wajib Tahu, ini Kiat Sukses Mendidik Gen Z di Era Digital ilustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Menurut dr. Aisyah, orang tua harus belajar mengenai cara mendidik anak atau remaja laki-laki dan perempuan Gen Z. Sehingga, aktivitas anak-anak tersalurkan dengan baik, karena terkadang pada masa itu mereka bingung.

Pada usia 10 - 17 tahun, anak-anak cenderung tidak mau dinasihati tetapi lebih senang didengar. Sehingga, orang tua harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan anak-anaknya.

"Yang punya anak remaja perempuan, itu ada tipsnya. Kalau anak remaja perempuan ngomong, lihat mukanya. Jangan sambil kita main gadget, dia gak suka itu," tuturnya.

Ketika anak curhat kemudian ibunya mendengarkan sambil main gadget maka orang tua dianggap tidak memperhatikan curhatannya. "Sehingga suatu ketika dia ingin curhat, tidak takut pada ibunya dan tahu ibunya memperhatikan," katanya.

Baca Juga: 112 Ribu Gen Z di NTB Terancam Kehilangan Hak Pilih di Pemilu 2024 

2. Jangan menegur anak di depan orang lain

Orang Tua Wajib Tahu, ini Kiat Sukses Mendidik Gen Z di Era Digital ilustrasi menegur anak (pexels.com/August de Richelieu)

Sedangkan bagi anak laki-laki, dr. Aisyah mengingatkan para orang tua supaya jangan menegur anaknya di depan orang lain. Bahkan, anak laki-laki tidak suka ditegur di depan saudaranya. Tetapi jika temannya yang menegur di depan orang lain, dia tidak mempermasalahkan.

"Lebih baik menasehati sambil makan. Di situlah anak laki-laki akan mengerti maunya ibunya. Dan gak usah panjang-panjang menasehati anak-anak," ujarnya.

3. Cari sekolah yang banyak ekstrakurikulernya untuk anak

Orang Tua Wajib Tahu, ini Kiat Sukses Mendidik Gen Z di Era Digital Ilustrasi ekstrakurikuler (pixabay.com/14995841)

Selain itu, orang tua juga harus mendukung aktivitas anak untuk menyalurkan hobinya. Baik aktivitas olahraga, seni dan lainnya. Untuk itu, orang tua harus mencarikan anak sekolah yang punya banyak ekstrakurikuler.

"Sehingga dia bisa pilih esktrakurikuler, energinya tersalurkan. Ilmu diotaknya dia akan belajar kepemimpinan, organisasi, mengerti temannya dan dirinya. Apabila itu berlangsung terus, ketika anak berusia 20 tahun, mereka sudah matang," sarannya.

Baca Juga: 69 Desa/Kelurahan di NTB Berstatus Bahaya dan Waspada Narkoba 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya