Keroyok Stunting dengan 'Dewili', Kantor Bahasa NTB Sasar Desa Wisata 

Tekan stunting dan tingkatkan ekonomi warga di desa wisata

Mataram, IDN Times - Penurunan angka stunting menjadi isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pada tahun 2024, pemerintah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen.

Di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), prevalensi stunting berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2022 sebesar 32,7 persen. Sedangkan hasil pendataan by name by address yang dilakukan lewat aplikasi elektronik - Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) tahun 2022, angka stunting sebesar 16,84 persen.

Penanganan stunting di NTB, bukan saja dilakukan Dinas Kesehatan tetapi instansi vertikal dan organisasi perangkat daerah (OPD) Pemprov NTB dan Pemda Kabupaten/Kota. Salah satunya, Kantor Bahasa Provinsi NTB.

Instansi vertikal di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ini ikut menekan angka stunting di NTB melalui Desa Wisata Literasi (Dewili).

1. Lahirkan desa wisata literasi

Keroyok Stunting dengan 'Dewili', Kantor Bahasa NTB Sasar Desa Wisata Desa wisata Bilebante Lombok Tengah. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Kantor Bahasa Provinsi NTB Puji Retno Hardiningtyas menjelaskan reformasi birokrasi tematik yang dilakukan salah satunya mengentaskan kemiskinan dan stunting. Caranya, dengan melahirkan Desa Wisata Literasi (Dewili) di NTB.

"Sasarannya ke obek-objek wisata khususnya desa yang sedang membuka didatangi wisatawan baik domestik maupun asing. Kami akan membawa cerita-cerita anak masuk di dalam ranah wisata. Tentunya dengan cerita anak-anak merupakan cara mengentaskan stunting. Dengan bercerita itu salah satunya untuk meredam stunting anak," kata Retno di Mataram, Rabu (8/2/2023).

Melalui Dewili, diharapkan juga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat di desa wisata. Kantor Bahasa memberikan pembekalan kepada pengelola desa wisata, bagaimana menyusun panduan berwisata ke desa sasaran. "Supaya kemasan daya jualnya menarik untuk dipromosikan kepada wisatawan domestik dan mancanegara," katanya.

Baca Juga: Pemda Bilang Turun, Angka Stunting di NTB Justru Naik Jadi 32,7 Persen

2. Sasar desa wisata di Lombok dan Sumbawa

Keroyok Stunting dengan 'Dewili', Kantor Bahasa NTB Sasar Desa Wisata Aktivitas wisatawan di Desa Wisata Bilebante Lombok Tengah. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Retno menyebutkan ada sejumlah desa wisata di Pulau Lombok dan Sumbawa menjadi sasaran Dewili. Di Pulau Lombok, misalnya, daerah di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Desa Wisata Bilebante, Desa Wisata Lakey Dompu, Donggo dan Sape Kabupaten Bima.

"Sasaran desa wisata literasi di Lombok dan Sumbawa. Kami akan menyasar Lakey Dompu, Desa wisata Bilebante, dan SMKN 1 Pujut kerja sama membangun pariwisata dengan melibatkan anak-anak sekolah dalam pembelajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing. Karena mereka melayani tamu-tamu wisatawan asing," terangnya.

Sebagai daerah yang menjadi tujuan wisatawan domestik dan mancanegara, masuknya bahasa asing tidak bisa dibendung. Sehingga, anak-anak yang berada di desa wisata harus menguasai bahasa asing tetapi juga tetap melestarikan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

"Kami memberikan pemahaman literasi di desa wisata. Misalnya, Desa Wisata Bilebante, mereka memiliki legenda, itu, kuliner dan lainnya, itu yang kita angkat," terangnya.

3. Data Pemprov NTB sebanyak 75.503 balita mengalami stunting

Keroyok Stunting dengan 'Dewili', Kantor Bahasa NTB Sasar Desa Wisata Ilustrasi pencegahan stunting. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Berdasarkan SSGI, angka stunting pada 2022 di NTB naik menjadi 32,7 persen. Sedangkan berdasarkan pendataan lewat e-PPGBM, angka stunting di NTB turun menjadi 16,84 persen.

Berdasarkan hasil SSGI 2022, angka stunting tertinggi berada di Kabupaten Lombok Tengah, yaitu sebesar 37 persen.

Kemudian disusul Lombok Utara 35,9 persen, Lombok Timur 35,6 persen, Dompu 34,5 persen, Lombok Barat 34 persen, Kota Bima 31,2 persen, Sumbawa 29,7 persen, Bima 29,5 persen, Kota Mataram 25,8 persen, dan Sumbawa Barat 13,9 persen.

Sedangkan berdasarkan pendataan by name by address lewat aplikasi e-PPBGM 2022, angka stunting di NTB turun menjadi 16,84 persen. Dengan jumlah balita yang stunting sebanyak 75.503 orang. Dari data e-PPBGM 2022, angka stunting tertinggi berada di Lombok Utara sebesar 22,94 persen, Lombok Tengah 20,81 persen, dan Lombok Barat 18,98 persen.

Selanjutnya, Kota Mataram 17,8 persen, Lombok Timur 16,98 persen, Bima 13,88 persen, Kota Bima 13,73 persen, Dompu 13 persen, Sumbawa Barat 8,78 persen, Sumbawa 8,11 persen.

Dari sisi jumlah, balita yang mengalami stunting di Lombok Barat sebanyak 11.761 balita, Lombok Tengah 18.683 balita, Lombok Timur 20.890 balita, Sumbawa 2.925 balita, Dompu 2.715 balita, Bima 6.003 balita, Sumbawa Barat 1.025 balita, Lombok Utara 5.383 balita, Kota Mataram 4.462 balita, dan Kota Bima 1.656 balita.

Baca Juga: NTB 'Pede' Gunakan e-PPBGM, Angka Stunting Turun Jadi 16,84 Persen 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya