Anak Muda NTB Kurang Berminat Kerja di  Sektor Perikanan

Jumlah nelayan di NTB sebanyak 72 ribu orang

Mataram, IDN Times - Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah kepulauan di Indonesia. Dengan luas wilayah 49.312,19 km persegi, 59,13 persen atau 29.159,04 km persegi merupakan perairan laut dengan panjang garis pantai 2.333 km.
Namun, luasnya perairan laut NTB, tidak sebanding dengan minat anak muda terjun ke sektor perikanan dan kelautan.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi NTB, Muslim mengatakan anak muda yang menjadi nelayan masih sangat minim. Pihaknya mencatat, dari 5 juta lebih penduduk NTB, masyarakat yang menjadi nelayan sebanyak 72.000 orang dan mayoritas para orang tua.

"Pada prinsipnya profesi nelayan ini turun temurun. Dari sisi minat, dengan pekerjaan yang penuh risiko, minat anak muda tidak sebanding dengan luas laut kita. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi pemerintah," kata Muslim dikonfirmasi IDN Times, Sabtu (1/4/2023).

1. Anak muda perlu dibekali keterampilan dan sarana produksi modern

Anak Muda NTB Kurang Berminat Kerja di  Sektor PerikananKepala Dislutkan NTB Muslim. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Menurut Muslim, sektor perikanan dan kelautan di NTB memiliki potensi yang cukup besar dan menjanjikan. Untuk mendorong anak muda berminat terjun ke sektor maritim ini, menurutnya perlu diperbanyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan.

Dikatakan, ilmu tentang bahari di NTB masih sangat langka. Sehingga perlu diperbanyak SMK Kelautan yang menjadi institusi pendidikan dalam mempersiapkan anak-anak muda yang terjun ke sektor kemaritiman.

"Bagaimana mendorong mereka punya minat yang tinggi, memfasilitasi sekaligus membekali mereka dengan keterampilan dan sarana produksi yang lebih modern. Perlu lah diperbanyak SMK Kelautan," ujarnya.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan di NTB, kata Muslim, salah satunya terkait tingkat pengetahuan dan keterampilan nelayan untuk dapat melakukan penangkapan ikan di daerah yang berada di atas 12 mil. NTB masih kekurangan anak buah kapal (ABK) dan nakhoda kapal. Sehingga perlu ada peningkatan pelatihan tentang penguasaan kapal atau pelayaran.

Baca Juga: Gubernur Kembali Mutasi Pejabat, Kepala Dinas ESDM NTB Dicopot 

2. Luas perairan laut 10 kabupaten/kota di NTB

Anak Muda NTB Kurang Berminat Kerja di  Sektor PerikananGurita, salah satu hasil tangkapan nelayan di Dusun Padak Sie, Desa Seruni Mumbul, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sebanyak 10 kabupaten/kota yang ada di NTB memiliki wilayah perairan laut. Seperti Kota Mataram dengan luas darat sebanyak 61,30 km persegi dan luas laut sebanyak 56,80 km persegi tidak memiliki pulau.

Kabupaten Lombok Barat dengan luas darat sebanyak 1.053,90 km persegi dan luas laut sebanyak 757,78 km persegi memiliki 126 pulau. Kabupaten Lombok Tengah dengan luas darat sebanyak 1.208,40 km persegi dan luas laut sebanyak 397,78 km persegi memiliki 25 pulau.

Kabupaten Lombok Timur dengan luas darat sebanyak 1.605,53 km persegi dan luas laut sebanyak 1.074,33 km persegi memiliki 44 pulau. Kabupaten Lombok Utara dengan luas darat sebanyak 809,50 km persegi dan luas laut sebanyak 594,71 km persegi memiliki 3 pulau.

Kabupaten Sumbawa dengan luas darat sebanyak 6.643,98 km persegi dan luas laut sebanyak 3.831,72 km persegi memiliki 65 pulau. Kabupaten Sumbawa Barat dengan luas darat sebanyak 1.849,02 km persegi dan luas laut sebanyak 1.080,74 km persegi memiliki 17 pulau.

Kabupaten Dompu dengan luas darat sebanyak 2.324,60 km persegi dan luas laut sebanyak 1.298,17 km persegi memiliki 23 pulau. Kabupaten Bima dengan luas darat sebanyak 4.389,40 km persegi dan luas laut sebanyak 3.572,31 km persegi memiliki 98 pulau dan Kota Bima dengan luas darat sebanyak 207,50 km persegi dan luas laut sebanyak 188,02 km persegi, tidak memiliki pulau.

3. Penyebab anak muda NTB belum tertarik ke sektor perikanan

Anak Muda NTB Kurang Berminat Kerja di  Sektor PerikananPanen udang vaname di SMKN 1 Alas. (dok. Diskominfotik NTB)

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB Aidy Furqan menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan anak muda belum banyak tertarik ke sektor perikanan. Seperti pemahaman pentingnya maritim dari calon siswa dan masyarakat serta masih kurang tempat praktik.

Aidy menyebut saat ini ada 9 SMKN Kelautan yang tersebar di Pulau Lombok dan Sumbawa. Menurutnya, dengan jumlah SMKN Kelautan sebanyak itu, sudah cukup memadai di NTB.
"Tidak usah memperbanyak, melainkan dg mengoptimalkan SMK Perikanan yang sekarang sudah ada. Untuk lebih maju dan produktif," ucapnya.

Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan minat anak muda terjun ke sektor perikanan dan kelautan di NTB yaitu menjalankan strategi belajar Project Based Learning dan Production Based Learning. Kemudian menggandeng dunia industri kemaritiman untuk mengintervensi kurikulum agar lebih praktis dan implementatif.

Selain itu, menghadirkan guru tamu praktisi dari sektor perikanan. Melaksanakan pembelajaran Teaching Factory langusng di sekitar perikanan. Serta memberi kesempatan magang siswa langsung di industri perikanan. Salah satu pembelajaran teaching factory yang berhasil dilakukan di SMKN 1 Alas, Kabupaten Sumbawa dengan budidaya udang vaname.

SMKN 1 Alas mendidik siswanya untuk mengembangkan sektor perikanan. Mereka membuat 16 kolam terpal udang vaname, 6 kolam terpal budidaya lele, serta kolam budidaya ikan nila yang dilakukan panen perdana pada pertengahan Maret lalu.

4. Dapat cuan dari menangkap ikan tuna

Anak Muda NTB Kurang Berminat Kerja di  Sektor PerikananNelayan penangkap ikan tuna di Dusun Padak Sie Desa Seruni Mumbul Pringgabaya Lombok Timur, Badri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Selain udang dan lobster, perairan NTB juga menyimpan potensi ikan tuna. Salah seorang nelayan di Dusun Padak Sie Desa Seruni Mumbul, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, Badri mengungkapkan dirinya mendapatkan penghasilan rata-rata Rp10 juta per bulan dari menangkap ikan tuna.

Dalam sebulan, ia menangkap ikan tuna sebanyak dua kali. Karena dalam satu kali turun menangkap ikan tuna bisa sampai 14 hari atau dua minggu di laut. Ia melaut bersama 5 sampai 6 ABK dengan mendapatkan ikan tuna sebanyak 1 sampai 2 ton. Ikan tuna yang diperoleh dari hasil melaut dijual seharga Rp55 ribu per kg.

Hasilnya dibagi empat, yaitu satu bagian untuk pemilik perahu, 3 bagian untuk juragan kapal dan sisanya sama-sama satu bagian untuk ABK. Dalam satu kali melaut, biaya operasional yang dikeluarkan sebesar Rp12 juta. Dengan harga jual ikan tuna yang mencapai Rp55 ribu per kilogram, para nelayan mendapatkan penghasilan yang cukup besar.

Badri menjadi nelayan penangkap ikan tuna sejak berusia 15 tahun atau kelas III SMP. Hingga berusia 35 tahun saat ini, ia tetap menekuni profesi sebagai nelayan penangkap ikan tuna. Selain menangkap ikan tuna, nelayan setempat juga menangkap gurita yang harganya jauh lebih mahal dibandingkan ikan tuna.

Baca Juga: Merasa Terganggu oleh Suara Bising, WNA Prancis Berbuat Onar di Masjid

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya