Pilkades di Bima Berujung Maut, Muardin Tergeletak Berlumuran Darah

Muardin meninggal setelah dua hari dirawat di rumah sakit

Bima, IDN Times- Penghitungan surat surat hasil Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di Desa Rite Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berujung maut. Muardin dilaporkan meninggal dunia sekitar pukul 20.00 Wita, Sabtu (9/7/2022) setelah dua hari dirawat intensif di RSUD Bima. 

Hingga kini, penyebab kematian ayah tiga anak itu masih misterius. Saat kericuhan terjadi, dia tiba-tiba ditemukan jatuh tegeletak berlumuran darah pada bagian kepala di halaman kantor desa setempat.

1. Berawal dari perselisihan antara DPT dengan hasil penghitungan surat suara

Pilkades di Bima Berujung Maut, Muardin Tergeletak Berlumuran DarahIlustrasi Pemilu (IDN Times/Mardya Shakti)

Nanang Suhendra anak almarhum yang dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Peristiwa itu bermula saat perselisihan Data Pemilih Tetap (DPT) dengan hasil penghitungan surat suara pada Kamis (7/7/2022). Sehingga dilakukan rapat tertutup oleh pihak panitia pelaksana.

"Setelah rapat, para simpatisan dari sejumlah calon menanyakan ke panitia hasil rapat itu. Pihak panitia saat itu tidak mau sampaikan dan memilih untuk kembali menghitung surat suara," jelas Nanang Suhendra saat dikonfirmasi, Senin malam (11/7/2022).

Tidak terima dengan tindakan panitia, seketika itu terjadi ketegangan antara para simpatisan dengan pihak panitia. Hingga akhirnya terjadi kericuhan, saling lempar menggunakan batu. Polisi yang ada di lokasi pun melakukan tembakan gas air mata dengan tujuan untuk mencegah pertikaian semakin memanas.

Baca Juga: Pendukung Cakades di Bima Mengamuk dan Rusak Kantor Desa 

2. Korban ditemukan tergeletak berlumuran darah di bagian kepala

Pilkades di Bima Berujung Maut, Muardin Tergeletak Berlumuran Darahpexel

Saat aksi saling lempar berlangsung, korban tiba-tiba ditemukan tergeletak berlumuran darah pada bagian kepala di halaman Kantor Desa setempat. Kemudian yang pertama kali mengangkat korban, yakni dua orang polisi dan sejumlah warga setempat.

"Saat itu ayah saya sudah kritis, gak bisa lagi diajak bicara. Lalu dibawa ke Puskesmas Ambalawi," terang anak korban yang juga mengaku diserempet peluru karet.

Karena kondisinya makin parah, tidak lama setelah itu, suami dari Sri Kurniati ini langsung dilarikan ke RSUD Bima. Selama dua hari dirawat, korban masih belum bisa diajak bicara hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (9/7/2022) sekira pukul 20.00 Wita.

3. Penyebab kematian korban masih misterius

Pilkades di Bima Berujung Maut, Muardin Tergeletak Berlumuran DarahFoto korban semasa hidup. (Dok/Moris Ambalawi)

Hingga kini, pihak keluarga belum mengetahui pasti penyebab kematian korban. Apakah dikenai lemparan batu atau diserempet tembakan peluru karet dari pihak kepolisan. Karena saat kejadian, dihujani lemparan batu dan ledakan suara tembakan peluru karet dan gas air mata menggema di lokasi.

"Kuat dugaan kami bahwa almarhum dikenai tembakan peluru karet. Gak mungkin sampai meninggal kalau pun dikenai lemparan batu," tegasnya.

Mirisnya lagi diakui Nanang Suhendra, pihak dokter RSUD Bima tidak mau menyampaikan hasil visum jasad ayahnya. Padahal sudah beberapa kali dia minta, baik saat korban masih hidup maupun setelah meninggal dunia.

"Alasan mereka tidak bisa dibocorkan. Mereka bilang hanya pihak dokter dan penyidik yang boleh tahu hasil visum. Saya juga bingung aturan yang mereka pakai, padahal korban itu ayah kami," sesalnya.

4. TKP hingga kini masih dijaga ketat pihak kepolisian

Pilkades di Bima Berujung Maut, Muardin Tergeletak Berlumuran DarahIlustrasi garis polisi (IDN Times/Rohman Wibowo).

Senada juga disampaikan Moris Ambalawi yang juga saksi mata peristiwa kericuhan. Dia menduga korban diserempet peluru karet dari tembakan pihak kepolisian, sehingga sampai meninggal dunia.

"Cukup parah kondisi almarhum saat itu, bahkan gumpalan otak sampai bercucuran keluar bersama darahnya," terang dia pada IDN Times, Senin malam (11/7/2022).

Sementara itu, Moris mengaku Tempat Kejadian Perkara (TKP) hingga kini masih dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Mulai dari siang maupun pada malam hari. "Iya benar, di lokasi sampai malam ini masih dijaga ketat oleh polisi," ungkapnya.

Pada Jumat (8/7/2022) sebelumnya, Kasi Humas Polres Bima Kota Iptu Jufrin yang dikonfirmasi wartawan membantah ada insiden kericuhan pada proses penghitungan surat suara di Desa Rite. "Tidak ada, apa lagi ada warga yang kena luka tembak," jelasnya.

Baca Juga: Ribuan PBI BPJS Warga Bima Dinonaktifkan Pemerintah Pusat

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya