Jejak Sejarah Penjajahan, Rumah Singgah Belanda saat Menduduki Bima

Berada di ketinggian 500 mdpl

Bima, IDN Times - Kabupaten Bima yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki banyak tempat wisata dan peninggalan bersejarah. Salah satunya adalah bangunan rumah singgah peninggalan kolonial Belanda ketika menduduki wilayah Bima.

Dari catatan sejarah, rumah singgah yang diberi nama Pasanggrahan ini dibangun antara tahun 1920-1936 di dataran tinggi wilayah bagian barat Desa O'o Kecamatan Donggo. Ketinggian lokasi bangunan tersebut di atas 500 meter di atas permukaan laut (MDPL).

1. Dikelilingi pepohonan yang rindang

Jejak Sejarah Penjajahan, Rumah Singgah Belanda saat Menduduki BimaIlustrasi hutan (IDN Times/Sunariyah)

Bentuk arsitektur Pasanggrahan ini tidak seperti bangunan rumah pada umumnya. Di dalamnya terdapat beberapa kamar, berupa empat kamar tidur hanya berisi tempat tidur yang terbuat dari kayu jati.

Kemudian ada juga dapur dan ruangan berukuran besar sebagai tempat kolonial Belanda menerima tamu yang datang berkunjung. Sementara pada bagian halaman hanya dibangun satu unit barugak.

Halaman Pasanggrahan ini sebagian besar dinaungi oleh pepohonan yang rindang. Begitu juga dengan kawasan sekitarnya, dikelilingi oleh hutan lindung atau hutan tutupan negara yang masih sangat terjaga.

Baca Juga: Ditinggal Pemiliknya, Dua Unit Rumah di Bima Ludes Terbakar

2. Suhu di kawasan Pasanggrahan cukup dingin

Jejak Sejarah Penjajahan, Rumah Singgah Belanda saat Menduduki Bimagoogle

Pasanggrahan salah satu wisata sejarah yang direkomendasikan untuk dikunjungi bagi wisatawan yang suka tantangan suhu dingin. Sebab, hawa dingin di kawasan setempat cukup tinggi dibandingkan wisata sejarah lain yang ada di Kabupaten Bima.

Selain itu, dari rumah Pasanggrahan masih banyak sajian pemandangan alam yang tak kala menakjubkan. Misalnya, dapat view  Teluk bima dari jarak jauh dipadu hamparan pemukiman warga Kabupaten Bima dan Kota Bima.

Jika pemandangan itu dinikmati ketika pada malam hari, kelap kelip lampu rumah di  pemukiman warga dan lalu lintas lampu kendaraan di pesisir pantai jadi pemandangan yang menyenangkan.

3. Pemdes akan tata Pasanggrahan

Jejak Sejarah Penjajahan, Rumah Singgah Belanda saat Menduduki BimaFoto pengunjung Pasanggrahan (Dok/Istimewa)

Kepala Desa (Kades) O'o, Sam Udin mengatakan, rumah singgah peninggalan kolonial Belanda ini perlu untuk dilestarikan. Rencananya, ia bersama Pemdes akan mengajukan proposal permohonan anggaran ke Pemda untuk biaya penataan.

"Misal nanti kita dapat dana, di halamannya akan dibangun barugak, tempat duduk dan sejumlah penunjang lain. Agar nanti terlihat indah hingga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan," ungkapnya pada IDN Times, Rabu siang (19/7/2023).

Jika hal tersebut sukses dilaksanakan, dia pastikan keberadaan Pasanggrahan bakal jadi penghasil Pendapatan Asli Desa (PAD). Termasuk dapat meningkatkan perputaran roda ekonomi masyarakat sekitar kawasan.

"Sudah pasti perputaran ekonomi masyarakat akan meningkat," tandasnya.

Baca Juga: Pria Misterius di Bima Pamer Kelamin hingga Ejakulasi

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya