Dalam Dua Hari, Dua Warga Lotim Meninggal Diduga Gantung Diri
Salah satunya menderita trauma akibat gempa tahun 2018
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Lombok Timur, IDN Times - Kasus dugaan bunuh diri dengan cara menggantung diri kian marak terjadi di Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Dalam dua hari, terjadi dua kasus gantung diri secara beruntun. Kasus pertama terjadi di Kelurahan Sekarteja, Kecamatan Selong, kemudian sehari setelahnya terjadi di Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru.
Di Kelurahan Sekarteja, korban merupakan seorang sopir atas nama Anwar Basyar (61). Sementara di Desa Pandan Wangi korban bernama Mahindun dan merupakan istri kepala dusun setempat.
Anwar Basyar menderita gangguan jiwa akibat trauma dengan gempa tahun 2018 lalu. Sejak saat itu, ia menjadi pasien rumah sakit jiwa hingga ditemukan meninggal dunia pada Selasa (13/8/2024).
1. Gantung diri pakai nilon dan ikat pinggang
Kasi Humas Polres Lotim, Iptu Nicolas Usman mengatakan, korban Anwar Basyar diduga melakukan aksi bunuh diri menggunakan tali nilon pada Selasa (13/8/2024) . Sebelum kejadian, korban pergi ke Polindes untuk meminta obat dengan keluhan kepala pusing.
Setelah minum obat, korban sempat istirahat sebelum kemudian bangun untuk makan malam. Saat kembali istirahat usai makan, korban keluar ke halaman rumah tanpa sepengetahuan istrinya.
Lalu saat saksi bangun dan keluar rumah untuk wudhu sekitar pukul 02.00 Wita, saksi tiba-tiba kaget melihat korban sudah dalam posisi tergantung di pohon jambu belakang rumahnya.
“Posisi tergantung di mana pada leher terjerat tali nilon,” ungkapnya.
Sementara itu, Mahindun ditemukan oleh suaminya bernama Zibaidi (57) setelah pulang dari sawahnya pada Rabu (14/8/2024) waktu pagi hari. Sesampainya di rumah, saksi mencoba membuka pintu, tetapi terkunci.
Saksi lalu mencari korban di tempatnya biasa kumpul, namun saksi masih tak menemukan korban. Saat memeriksa kamar, saksi pun menemukan korban dalam posisi tergantung dengan kondisi seperti sudah meninggal dunia. Di mana leher korban sudah terikat kuat menggunakan ikat pinggang.
Pihak keluarga telah menerima kematian korban dan menganggap peristiwa itu sebagai musibah. Serta, tidak ingin melakukan autopsi maupun tuntutan hukum.
“Menurut istri dan anak-anaknya, korban sampai saat ini masih dalam perawatan RSJ sejak tahun 2018 akibat trauma gempa,” ungkap Oesman.
Baca Juga: Bangunan SDN 1 Gereneng di Lotim Rusak, Guru dan Murid Was-was