Momen Air Laut Terbelah di Pulau Jindo Korea Selatan yang Bikin Takjub

Bayangkan air laut yang tiba-tiba terbelah, menciptakan jalan sepanjang lebih dari 2 kilometer yang menghubungkan dua pulau. Pemandangan ini bukanlah kisah dongeng atau adegan dari film fantasi, melainkan peristiwa nyata yang terjadi setiap tahun di Korea Selatan, tepatnya di Pulau Jindo. Dikenal sebagai Jindo Sea Parting Festival, momen ini menjadi salah satu fenomena alam paling menakjubkan sekaligus penuh warna budaya di Asia Timur.
Fenomena ini menarik ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara setiap tahunnya. Bukan hanya karena keunikannya secara ilmiah, tetapi juga karena festival ini dilengkapi dengan legenda lokal, pertunjukan budaya, kuliner khas, dan semangat komunitas yang hangat. Momen ketika lautan terbelah membuka jalan itu menjadi pengalaman magis yang menggabungkan keindahan alam dengan kearifan tradisi.
Berikut momen air laut terbelah di Korea Selatan, sebuah festival jalan laut misterius di Jindo.
1. Fenomena alam yang nyaris sulit dipercaya

Fenomena laut terbelah di Jindo secara ilmiah dikenal sebagai peristiwa surut ekstrem yang terjadi karena perbedaan pasang surut air laut. Dalam waktu singkat, air surut dan menciptakan jalan setapak dari daratan Pulau Jindo menuju Pulau Modo yang terdekat. Jalanan tersebut memiliki lebar sekitar 40 meter dan panjang 2,8 kilometer, cukup untuk dilalui oleh pejalan kaki.
Peristiwa ini biasanya terjadi 2–3 kali dalam setahun, terutama pada bulan Maret dan April, dan hanya berlangsung selama kurang dari satu jam. Dalam waktu yang terbatas itu, ribuan orang berjalan di atas dasar laut yang terbuka, sambil mengagumi keajaiban alam yang terasa tak masuk akal. Banyak pula yang membawa ember untuk mengumpulkan kerang dan hewan laut kecil yang tertinggal di sepanjang jalur tersebut.
2. Legenda harimau dan nenek yang setia

Di balik keajaiban ilmiahnya, fenomena ini memiliki akar dalam cerita rakyat yang sangat dikenal masyarakat Jindo. Konon, dahulu kala, sebuah desa di Jindo diserang oleh harimau, memaksa warga melarikan diri ke Pulau Modo. Namun seorang nenek tua, Halmeoni, tertinggal sendirian di Jindo. Ia berdoa keras kepada dewa laut agar bisa menyusul keluarganya. Tiba-tiba, lautan terbelah dan menciptakan jalan bagi nenek itu untuk berjalan menuju keluarganya di seberang pulau.
Legenda ini diabadikan dalam bentuk patung dan pertunjukan dramatis selama festival berlangsung. Masyarakat Jindo percaya bahwa momen terbelahnya laut adalah bentuk berkah dan perlindungan dari kekuatan ilahi, sehingga festival ini pun diwarnai oleh rasa syukur dan penghormatan terhadap alam dan leluhur.
3. Festival warna-warni yang menyatu dengan tradisi

Jindo Sea Parting Festival bukan sekadar menyaksikan fenomena laut terbelah. Ini adalah perayaan budaya yang meriah. Tarian tradisional Korea seperti Ganggangsullae, pertunjukan musik, parade kostum, hingga pesta makanan laut menjadi bagian dari acara. Suasananya ramai dan hangat, seolah seluruh desa berganti menjadi panggung kebudayaan.
Wisatawan tidak hanya jadi penonton pasif, tapi juga bisa ikut serta dalam berbagai kegiatan, mulai dari mencicipi kuliner lokal hingga mengikuti ritual tradisional. Anak-anak hingga orang tua semua bersuka cita menyambut momen ini, menjadikannya bukan hanya pengalaman visual yang menakjubkan, tapi juga pengalaman sosial dan emosional yang mendalam.
4. Sensasi berjalan di dasar laut

Tak ada yang bisa menggantikan sensasi nyata saat berjalan di tengah laut, dengan dinding air laut yang perlahan-lahan tertarik ke samping seperti tirai raksasa. Banyak yang mengabadikan momen ini dengan foto-foto ikonik, mengenakan jas hujan warna-warni sambil menyusuri jalan berlumpur yang baru saja muncul dari dasar laut.
Di sepanjang jalan, kamu bisa melihat binatang laut kecil seperti kepiting, kerang, dan bahkan gurita kecil. Anak-anak terlihat gembira menangkapnya, sementara orang dewasa berjalan dengan penuh rasa heran. Bagi banyak pengunjung, ini bukan hanya momen wisata, tetapi pengalaman spiritual, seakan berjalan di atas mukjizat.
5. Simbol harapan dan kebersamaan

Festival ini tidak hanya soal alam atau hiburan, tetapi juga tentang harapan dan kekuatan komunitas. Penduduk lokal bekerja keras setiap tahun untuk menyambut wisatawan, menjaga kebersihan lokasi, dan melestarikan kisah-kisah yang menjadi bagian dari identitas mereka. Di tengah zaman modern, mereka tetap menjaga semangat festival ini agar tetap sakral sekaligus menyenangkan.
Banyak yang datang bukan hanya untuk melihat keajaiban, tapi untuk merasakan nilai kehidupan sederhana yang kuat di desa Jindo, tentang bagaimana manusia hidup berdampingan dengan alam, menghormati legenda, dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Itulah mengapa festival ini terasa begitu bermakna, jauh melampaui sekadar jalan yang muncul di tengah laut.
Momen air laut terbelah di Jindo bukan sekadar fenomena unik yang instagrammable. Ia adalah peristiwa langka yang menggabungkan keajaiban geologi, kekuatan cerita rakyat, dan semangat komunitas dalam satu festival penuh warna. Dalam hitungan menit, alam menunjukkan kekuatan dan keindahannya, memberi manusia kesempatan untuk merasakan mukjizat yang bisa disentuh, dilihat, dan dijalani bersama. Jika ada satu tempat di dunia yang bisa membuatmu merasa seperti berjalan di antara dunia nyata dan legenda, maka Jindo adalah tempat itu.
Demikian momen air laut terbelah di Korea Selatan, sebuah festival jalan laut misterius di Jindo.