Misteri Stonehenge, Susunan Batu Raksasa yang Memicu Perdebatan

Di tengah dataran Wiltshire, Inggris, berdiri sebuah monumen megah yang telah berusia ribuan tahun, yaitu Stonehenge. Susunan batu raksasa ini bukan hanya menakjubkan karena ukurannya, tetapi juga karena misteri yang menyelimutinya. Hingga kini, para ilmuwan, arkeolog, dan sejarawan masih berdebat mengenai siapa yang membangunnya, bagaimana cara mereka memindahkan batu-batu seberat puluhan ton, dan apa tujuan sebenarnya dari monumen ini.
Stonehenge bukan sekadar kumpulan batu. Ia telah menjadi simbol kebudayaan manusia kuno, saksi bisu dari zaman ketika teknologi modern belum dikenal. Monumen ini mengundang decak kagum sekaligus rasa penasaran, membuat banyak orang rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk berdiri di hadapannya dan merenungkan rahasia yang terkubur dalam lingkaran batu tersebut.
Berikut misteri Stonehenge, susunan batu raksasa yang masih memicu perdebatan ilmuwan.
1. Penemuan dan sejarah awal

Stonehenge pertama kali dicatat secara resmi oleh para penulis abad pertengahan, tetapi keberadaannya tentu jauh lebih tua. Berdasarkan penelitian arkeologi, pembangunan monumen ini berlangsung dalam beberapa tahap, dimulai sekitar 3000 SM dan berlanjut hingga 2000 SM. Hal ini menjadikannya salah satu situs prasejarah paling kompleks yang pernah ditemukan di Eropa.
Dalam penggalian, para arkeolog menemukan sisa-sisa lubang, parit, dan tanda-tanda aktivitas pemakaman di sekitar Stonehenge. Fakta ini menunjukkan bahwa tempat ini bukan hanya sekadar monumen, tetapi mungkin juga berfungsi sebagai pusat ritual keagamaan atau bahkan pemakaman suci. Namun, kepastian tentang tujuan pembangunannya masih menjadi teka-teki besar.
2. Misteri konstruksi: bagaimana batu dipindahkan?

Salah satu misteri terbesar adalah bagaimana manusia kuno berhasil memindahkan dan mendirikan batu-batu raksasa yang beratnya mencapai 25 hingga 40 ton. Beberapa batu bahkan berasal dari lokasi yang jaraknya lebih dari 200 kilometer, membuat teori transportasi semakin sulit dijelaskan.
Sebagian ilmuwan menduga batu-batu tersebut dipindahkan menggunakan rangkaian kayu gelondongan, rakit, atau sistem tali sederhana, namun hingga kini belum ada bukti konkret tentang metode yang digunakan. Fakta bahwa masyarakat prasejarah mampu melakukannya tanpa bantuan teknologi modern menunjukkan tingkat kecerdikan dan keterampilan yang luar biasa.
3. Fungsi dan tujuan: observatorium atau tempat ritual?

Stonehenge sering dikaitkan dengan fungsi astronomi karena posisinya yang sejajar dengan matahari terbit saat titik balik musim panas dan matahari terbenam saat titik balik musim dingin. Hal ini memunculkan teori bahwa monumen tersebut digunakan sebagai kalender raksasa atau observatorium untuk memantau pergerakan langit.
Namun, teori lain menyebutkan bahwa Stonehenge adalah tempat ritual keagamaan, pusat penyembuhan, atau situs pemakaman massal. Temuan sisa-sisa manusia di sekitar lingkaran batu memperkuat dugaan bahwa situs ini memiliki fungsi spiritual yang erat dengan kepercayaan masyarakat prasejarah.
4. Perdebatan ilmuwan dan teori modern

Meskipun penelitian telah berlangsung selama berabad-abad, para ilmuwan masih belum sepakat tentang asal-usul dan tujuan Stonehenge. Beberapa bahkan mengajukan teori lebih spekulatif, seperti keterlibatan bangsa asing atau bahkan pengaruh makhluk luar angkasa, meskipun pandangan ini dianggap tidak ilmiah.
Penelitian modern dengan teknologi pemindaian tanah, analisis isotop, dan rekonstruksi komputer terus dilakukan. Namun, semakin banyak bukti ditemukan, semakin banyak pula pertanyaan yang muncul. Seakan-akan Stonehenge memang diciptakan untuk menyimpan misteri selamanya.
5. Warisan budaya dan daya tarik wisata dunia

Hari ini, Stonehenge bukan hanya situs arkeologi, tetapi juga ikon budaya dunia. Ribuan orang mengunjunginya setiap tahun, terutama saat titik balik matahari musim panas, ketika pengunjung dapat menyaksikan fenomena matahari sejajar dengan batu-batu raksasa. Suasana mistis dan keindahan alam membuat pengalaman itu terasa magis.
Sebagai warisan dunia UNESCO, Stonehenge terus dilestarikan agar tetap bertahan untuk generasi mendatang. Entah sebagai kalender kuno, pusat ritual, atau sekadar monumen monumental, Stonehenge tetap menjadi simbol abadi rasa ingin tahu manusia terhadap masa lalu.
Demikian misteri Stonehenge, susunan batu raksasa yang masih memicu perdebatan ilmuwan.