Menjelajahi Keindahan Wisata Budaya di Pulau Lombok, NTB

Mataram, IDN Times - Lombok, pulau yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat, menawarkan keragaman wisata dan budaya yang memikat. Nama "Lombok" berasal dari bahasa Sasak "Lomboq," yang berarti "lurus." Pulau ini memiliki bentuk bulat dengan semacam ekor di sisi barat daya, dengan panjang sekitar 70 km.
Jelajahi keindahan alam dan budaya Pulau Lombok dengan mengunjungi destinasi wisata budayanya yang menakjubkan! Berikut beberapa wisata budaya di Pulau Lombok yang sayang untuk dilewatkan.
1. Desa Bayan

Desa Bayan merupakan destinasi wisata budaya yang mempersembahkan kekayaan budaya asli suku Sasak kepada para pengunjung. Di sini, wisatawan dapat menjelajahi berbagai bangunan rumah adat yang memperlihatkan keunikan unsur adat setiap dusun, seperti rumah adat Bayan Timur, rumah adat Bayan Barat, rumah adat Karang Salah, dan rumah adat Parumbak Daya.
Bangunan-bangunan khas Desa Bayan sering menjadi lokasi penyelenggaraan berbagai acara adat, seperti maulid adat, lebaran adat, dan ritual ngaji makam.
2. Desa Sade

Desa Sade, terletak di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, berbagi kekayaan budaya yang menarik dengan Desa Bayan. Di sini, wisatawan dapat menemukan berbagai tipe rumah tradisional seperti Bale Banter, Bale Kodong, dan Bale Tani, masing-masing dengan fungsi uniknya. Selain sebagai tempat tinggal, Bale Banter juga digunakan untuk persidangan adat. Bale Kodong adalah tempat tinggal untuk orang lanjut usia atau mereka yang belum memiliki rumah sendiri, sementara Bale Tani adalah tempat tinggal bagi para petani.
Desa Sade juga terkenal karena tradisi kawin culik suku Sasak yang masih dipegang erat. Dalam tradisi ini, para pemuda Sasak menculik calon pengantin perempuan pada malam hari. Setelah penculikan, pemuda membawa calon pengantin ke rumahnya. Keesokan harinya, keluarga membahas pernikahan, termasuk masalah mahar. Jika pengantin dari desa yang sama, maharnya hanya Rp100.000, tetapi jika dari desa lain, mahar yang diminta setara dengan dua ekor kerbau.
3. Taman Narmada

Taman Narmada, di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, adalah destinasi wisata budaya favorit. Terinspirasi dari Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak, taman ini dulunya merupakan tempat ritual kurban sang Raja. Saat Raja tak lagi mampu melakukan ritual di Gunung Rinjani, arsitek kerajaan membangun taman ini sebagai pengganti, disebut Narmada.
Di dalamnya, terdapat pura Kalasa yang menawarkan pemandangan indah. Untuk mencapainya, pengunjung harus menaiki anak tangga yang melambangkan perjalanan menuju Gunung Rinjani. Di bawahnya, ada tiga kolam yang mirip dengan Danau Segara Anak. Setelah melewati anak tangga, pengunjung dapat bersantai menikmati pemandangan alam dan kolam air yang bersih. Di Taman Narmada juga terdapat Bale Agung, tempat Raja bertemu dengan pemimpin kerajaan, dan Bale Logi yang menyimpan senjata kerajaan.
4. Pura Suranadi

Pura Suranadi, di Jalan Wisata Suranadi, Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, memiliki sejarah yang kaya. Namanya berasal dari kata "Sura" yang berarti Dewa, dan "Nadi" yang berarti Sungai. Pura ini terkait dengan perjalanan Dhang Hyang Dwijendra dalam menyebarkan agama Hindu di Lombok.
Diceritakan bahwa Dhang Hyang Dwijendra beristirahat di beberapa tempat di Lombok, menancapkan tongkatnya, dan mengeluarkan lima pancuran mata air suci yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit. Umat Hindu Lombok Barat mengadakan upacara Sembahyang setiap bulan Purnama untuk memperingati jasa Dhang Hyang Dwijendra.
5. Taman Mayura

Taman Mayura di Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Provinsi NTB, adalah paduan unik dari konsep taman, kolam, dan tempat ibadah. Didirikan pada 1744 M oleh Raja A.A Made Karangasem, awalnya bernama Taman Kelepug karena suara mata air di dalamnya.
Namun, pada tahun 1866, Raja Karangasem merenovasinya dan mengubah namanya menjadi Taman Mayura, yang berarti "burung merak" dalam bahasa Sansekerta, karena usulan untuk memelihara merak untuk mengusir ular. Kawasan ini terbagi menjadi area taman, dengan pepohonan manggis yang mengelilingi kolam, dan area pura, dengan empat pura utama.
Pura Gedong, atau Pura Jaga Rana, sering digunakan oleh umat Hindu untuk ibadah. Meskipun kompleks Taman Mayura terbuka untuk umum, pura hanya dibuka pada waktu-waktu tertentu.