Petani Stroberi di Sembalun Mengalami Gagal Panen

Tarif petik stroberi di kebun Sembalun naik

Lombok Timur, IDN Times - Petani stroberi di Sembalun Lombok Timur (Lotim) harus gigit jari di musim panen tahun ini. Mereka mengalami gagal panen akibat tingginya curah hujan di wilayah tersebut.

Padahal tahun ini harga stroberi melonjak tinggi mencapai Rp50 ribu per kilogramnya. Tetapi sayangnya, petani Sembalun tidak bisa menikmati harga tinggi tersebut, karena stroberinya banyak yang rusak.

1. Gagal panen karena hujan

Petani Stroberi di Sembalun Mengalami Gagal Panendok. Pribadi/Ruhaili

Salah seorang petani stroberi di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Hazmi menuturkan, panen stroberinya pada musim kali ini menurun cukup jauh. Hampir setiap hari di kawasan Sembalun selalu turun hujan, yang menyebabkan buah stroberi menjadi busuk. Bahkan, buah stroberi yang busuk bisa mencapai 50 persen dari keseluruhan hasil panen di kebunnya.

“Meski harganya cukup tinggi, kita jual dengan harga Rp50 ribu perkilogram atau Rp 25 ribu per mikanya. Penghasilan kita jauh menurun dibandingkan tahun kemarin,” tutur Azmi, Rabu (3/5/2023).

Baca Juga: Wisata Balon Udara Hadir di Sembalun Lombok Timur, Tiket Rp400 Ribu 

2. Petani mengalami kerugian

Petani Stroberi di Sembalun Mengalami Gagal PanenDok. Pribadi/Ruhaili

Karena kondisi curah hujan yang tinggi ini, menyebabkan petani stroberi di Sembalun mengalami kerugian. Karena selain menyebabkan gagal panen juga menyebabkan kualitas stroberi menurun jika dibandingkan tahun kemarin sebelum musim penghujan.
Dibandingkan tahun sebelumnya, petani bisa menjual 20-30 kilogram per hari, kini maksimal hanya mampu menjual 10 kilogram per hari.

“Dulu 20-30 kg lebih kita panen per hari, kalau sekarang boro-boro kita dapat 20 kg, yang 10 kg saja sudah beruntung. Sebenarnya rugi kita buka untuk wisatawan yang mau petik sendiri seperti biasa, meski karcis masuknya Rp20 ribu per orang,” ungkapnya.

3. Omzet menurun drastis

Petani Stroberi di Sembalun Mengalami Gagal PanenDok. Pribadi/Ruhaili

Lanjut Azmy, omzet penjualan stroberi musim ini, menurun drastis, padahal harga stroberi di tingkat petani dan pengecer naik 30 persen di bandingkan tahun 2022 lalu. 
Harga buah stroberi untuk wisata petik kini naik menjadi Rp 50-60 ribu per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 35 ribu. Sementara untuk stroberi yang dijual eceran di bantaran lapak jalan raya Sembalun naik Rp 25 ribu per mika dari sebelumnya Rp 15 ribu per mika.

“Meski harga naik tapi omset kita menurun jauh jika dibandingkan tahun kemarin saat libur lebaran dan libur panjang. Karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Sembalun mencari stroberi,” ujarnya.

Hal yang sama di alami oleh Amaq Key yang menjadi penjual stroberi. Di mana musim ramai seperti hari lebaran dan tahun baru ia sangat kesulitan mendapatkan stroberi untuk dijual di lapak miliknya.

Untuk bisa mendapatkan stroberi harus rebutan sama penjual lainnya di petani. Sehingga untuk mendapatkan buah stroberi ini, harus memesan terlebih dahulu. 

“Kalau sekarang hasil panen petani menurun, berimbas ke kita juga sebagai pedagang stroberi. Ya buahnya banyak yang busuk, karena kena air hujan, kalau stroberi kan nggak boleh kena banyak air,” pungkasnya.

Baca Juga: Pesisir Lombok Barat dan Bima Terancam Banjir Rob 5 - 11 Mei 2023 

Ruhaili Photo Community Writer Ruhaili

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya