Aktivitas pertambangan PT AMNT di Sumbawa Barat. (dok. AMNT)
Pembangunan smelter AMNT dikerjakan China Nonferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co., Ltd. (NFC) dan PT. PIL Indonesia. Smelter yang dibangun kapasitasnya lebih kecil dari rencana awal 1,3 juta ton per tahun menjadi 900 ribu ton per tahun.
Pembangunan smelter AMNT ditargetkan tuntas pada 2024 mendatang. Saat ini, kata Sahdan, aktivitas pembangunan smelter sedang dikebut di lapangan. Kawasan Maluk yang dulunya sepi, sekarang mulai hidup lagi.
"Smelter ini mulai ngebut bekerja pada November 2022. Kalau tidak ada halangan, Desember 2024 sudah selesai dibangun," ungkap Sahdan.
Akibat belum keluarnya izin ekspor konsentrat untuk AMNT, nilai ekspor NTB di bulan Mei 2023 anjlok cukup tinggi mencapai 98,22 persen dibandingkan bulan Mei 2022. Sedangkan ekspor NTB di bulan Mei 2023 dibandingkan bulan April 2023 mengalami penurunan sebesar 41,23 persen.
Tim Ekspor Impor Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Taupikurrahman menjelaskan nilai ekspor NTB sejak bulan April dan Mei 2023 mengalami penurunan karena tidak adanya ekspor konsentrat tembaga dari PT. AMNT. Tidak adanya ekspor bahan galian tambang karena PT. AMNT belum mendapatkan izin ekspor konsentrat tembaga dari pemerintah pusat.
"Ekspor tambang tidak ada karena izinnya AMNT belum terbit. Itu karena terkait dengan perjanjian pembangunan smelter itu. Karena smelter seharusnya sudah selesai terbangun di bulan Juni 2023. Tapi ternyata sampai sekarang belum selesai dibangun," kata Taupik.
Taupik menambahkan ekspor NTB pada bulan April dan Mei tidak ada komoditas tambang. Ekspor NTB hanya berupa komoditas non tambang. Pada bulan April 2023, nilai ekspor non tambang mencapai angka sekitar 6 juta dolar Amerika. Di bulan Mei, ekspor NTB berupa komoditas non tambang tetapi nilainya menurun dibandingkan bulan April 2023. Pada bulan Mei 2023, ekspor non tambang mencapai 3,9 juta dolar Amerika.
Kelompok komoditas ekspor Provinsi NTB yang terbesar pada bulan Mei 2023 adalah perhiasan atau permata sebesar US$ 1.797.073 (45,95 persen), ikan dan udang sebesar US$ 1.259.976 (32,22 persen), kopi, teh, rempah-rempah sebesar US$ 404.983 (10,35 persen), garam, belerang, kapur sebesar US$ 233.130 (5,96 persen), serta biji-bijian berminyak sebesar US$ 125.400 (3,21 persen).