Surat Persetujuan Ekspor AMNT Belum Terbit, Pendapatan Negara Anjlok 

Perlu monitoring dan evaluasi pembangunan smelter AMNT

Mataram, IDN Times - Pendapatan negara dari sektor bea keluar di Nusa Tenggara Barat (NTB) sampai dengan bulan April 2023, anjlok dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya, tidak terealisasinya ekspor konsentrat tembaga PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi NTB Sudarmanto menyebutkan realisasi penerimaan negara pada sektor bea keluar di NTB sampai dengan April 2023 sebesar Rp218,94 miliar. Atau realisasinya sebesar 60,48 persen dari target tahunan. Realisasi penerimaan negara pada sektor bea keluar mengalami kontraksi sebesar 59,48 persen secara year-on-year (YoY).

"Karena di tahun 2022 masih diberlakukan tarif bea keluar sebesar 5 persen. Serta tidak terealisasinya ekspor bulan April 2023 akibat belum terbitnya Surat Persetujuan Ekspor periode 2023-2024," kata Sudarmanto di Mataram, Rabu (31/5/2023).

Dikatakan, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi pembangunan smelter oleh PT. Amman Mineral Industri, anak perusahaan AMNT di Kabupaten Sumbawa Barat. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan agar penyelesaian pembangunan smeter sesuai jadwal.

1. Ekspor NTB bulan April mengalami penurunan 98,16 persen

Surat Persetujuan Ekspor AMNT Belum Terbit, Pendapatan Negara Anjlok ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat nilai ekspor pada bulan April 2023 sebesar US$ 6,65 juta, mengalami penurunan sebesar 95,55 persen dibandingkan Maret 2023. Jika dibandingkan bulan April 2022, ekspor NTB mengalami penurunan 98,16 persen.

Nilai ekspor bulan April 2023 yang terbesar ditujukan ke Australia sebesar 61,52 persen, disusul Amerika Serikat sebesar 15,78 persen dan Cina sebesar 9,21 persen. Dengan kelompok komoditas ekspor terbesar yaitu perhiasan atau permata sebesar US$ 4.358.033 (65,49 persen), ikan dan udang sebesar US$ 1.052.737 (15,82 persen), biji-bijian berminyak sebesar US$628.737 (9,45 persen), kopi, teh, rempah-rempah sebesar US$ 384.987 (5,79 persen), serta garam, belerang, dan kapur sebesar US$ 131.416 (1,97 persen). Pada April 2023, tidak ada ekspor bahan galian tambang.

BPS juga mencatat nilai impor NTB mengalami penurunan. Nilai impor pada bulan April 2023 sebesar US$ 9,81 juta. Nilai impor mengalami penurunan sebesar 62,24 persen dibandingkan Maret 2023 sebesar US$ 25,98 juta. Impor bulan April 2023 berasal dari Jepang (65,05 persen), Filipina (12,04 persen), Australia (11,53 persen) dan lainnya (11,38 persen).

Dengan komoditas impor yang terbesar di bulan April 2023 adalah karet dan barang dari karet (65,14 persen), mesin-mesin atau pesawat mekanik (13,48 persen), bahan peledak (12,04 persen), serta kendaraan dan bagiannya (5,87 persen).

Baca Juga: NTB Usulkan Pembangunan 'Bypass' Lembar - Kayangan di Selatan Lombok 

2. Pendapatan dari bea masuk juga terkontraksi

Surat Persetujuan Ekspor AMNT Belum Terbit, Pendapatan Negara Anjlok ilustrasi pendapatan negara (IDN Times/Nathan Manaloe)

Sudarmanto menjelaskan pendapatan dari sektor bea masuk di NTB juga mengalami kontraksi jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi penerimaan negara sampai dengan April 2023 pada sektor bea masuk di NTB sebesar Rp30,01 miliar atau 29,59 persen dari target tahunan.

Realisasi penerimaan pada sektor bea masuk terkontraksi sebesar 5,05 persen YoY. Hal ini disebabkan adanya importasi tidak rutin berupa raw sugar di tahun 2022 oleh PT. Sukses Mantap Sejahtera (SMS) yang merupakan pabrik gula di Kabupaten Dompu serta mengikuti cycle business PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

3. Penerimaan cukai meningkat karena produksi rokok 6,69 juta batang

Surat Persetujuan Ekspor AMNT Belum Terbit, Pendapatan Negara Anjlok ilustrasi cukai rokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, kata Sudarmanto, realisasi penerimaan pada sektor cukai di NTB mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi penerimaan pada sektor cukai sampai dengan bulan April 2023 sebesar Rp 7,17 miliar atau 41,43 persen dari target tahunan.

Realisasi penerimaan pada sektor cukai mengalami pertumbuhan sebesar 23,70 persen YoY. Hal ini didorong tumbuhnya produksi Barang Kena Cukai (BKC) hasil tembakau berupa rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) sebesar 6,69 juta batang.

Pada 2023, target penerimaan bea cukai di NTB sebesar Rp480,74 miliar. Dengan rincian target penerimaan pada sektor bea masuk sebesar Rp101,42 miliar, target penerimaan pada sektor bea keluar sebesar Rp362,03 M dan target penerimaan pada sektor cukai sebesar Rp17,29 miliar.

Baca Juga: Kabar Baik! NTB Dapat Kuota Tambahan 430 Jemaah Haji 2023 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya