Stok Semakin Menipis, NTB Terancam Dimasuki Beras Impor 

Bulog kesulitan serap gabah petani karena harga tinggi

Mataram, IDN Times - Stok beras di gudang Divisi Regional (Divre) Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin menipis. Kepala Perum Bulog NTB David Susanto menyebutkan stok beras di gudang Bulog saat ini sebanyak 19.000 ton.

Ketersediaan stok tersebut mampu bertahan sampai Februari 2024. Meski demikian, NTB kemungkinan akan kemasukan beras dari luar daerah. Karena beras juga dibutuhkan untuk operasi pasar murah atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dan bantuan program bantuan beras untuk masyarakat miskin dari Badan Pangan Nasional (Bapanas).

1. Semua provinsi sudah kemasukan beras impor kecuali NTB

Stok Semakin Menipis, NTB Terancam Dimasuki Beras Impor Kepala Perum Bulog NTB David Susanto. (IDN Times/Muhammad Nasir)

David mengatakan semua provinsi sudah kemasukan beras impor, kecuali NTB. NTB satu-satunya provinsi yang belum kemasukan beras impor dari luar karena masih mengandalkan stok beras.

"Seluruh Indonesia sudah masuk beras impor. Bisa saja nanti masuk (NTB). Kalau beras Bulog itu tidak membedakan beras impor dan nonimpor, semuanya beras Bulog," kata David dikonfirmasi Jumat (3/11/2023).

Baca Juga: NTB Belum Mampu Kendalikan Inflasi, Posisi di Atas Nasional

2. Tidak pengaruhi marwah NTB sebagai lumbung pangan

Stok Semakin Menipis, NTB Terancam Dimasuki Beras Impor Petani membajak sawah untuk ditanami padi pada musim kemarau di Desa Bengkel Kecamatan Labuapi Lombok Barat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

David memperkirakan pihaknya akan mendatangkan beras dari luar daerah sekitar bulan Desember 2023 atau Januari 2024. Menurutnya, mendatangkan beras dari luar daerah atau Kanwil Bulog lain membutuhkan waktu.

Terkait jumlah beras yang akan didatangkan, David menyatakan belum mengetahuinya karena tergantung Perum Bulog Pusat.

"Saya yakin kalau pun masuk (beras ke NTB), tidak akan memengaruhi marwah daripada NTB sebagai daerah lumbung pangan. Karena kami pun dari Bulog pernah mengirim beras keluar NTB sebanyak 22.950 ton sepanjang 2023," ucapnya.

Sejak tiga bulan terakhir, Bulog NTB tidak lagi mengirim beras ke provinsi lain di Indonesia. Jumlah beras NTB yang dikirim ke provinsi lain sepanjang 2023 telah mencapai 22.950 ton.

3. Harga gabah tinggi, Bulog NTB kesulitan lakukan penyerapan

Stok Semakin Menipis, NTB Terancam Dimasuki Beras Impor Penyerahan bantuan beras untuk masyarakat miskin di Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

David mengungkapkan bahwa memang saat ini ada sejumlah wilayah di Lombok yang mulai panen. Tetapi pihaknya kesulitan melakukan penyerapan gabah petani. Karena harga gabah di tingkat petani saat ini berkisar Rp6.700 sampai Rp7.000 per kg.

Sementara, Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp5.000 per kg. Kalaupun Bulog membeli dengan harga Rp5.100 per kg gabah kering panen atau beras Rp9.950 per kg, petani tidak mungkin akan mau karena ada pembeli yang berani membeli dengan harga lebih tinggi.

"Kalau panen raya saya yakin Maret tahun depan sudah lumayan. Tapi harga mungkin masih tinggi sampai bulan April. Karena kondisinya April itu lebaran. Kalau lebaran harga tertahan," katanya.

Sebelumnya, untuk program bantuan pangan bagi masyarakat miskin sebanyak 6 juta kilogram beras didistribusikan pada September lalu. Bantuan beras ini diambil dari cadangan pangan pemerintah (CBP) dengan jumlah kelompok penerima manfaat (KPM) sebanyak 602.701 rumah tangga di NTB.

Masing-masing KPM keluarga miskin mendapatkan bantuan beras dari pemerintah sebanyak 10 kilogram. Sehingga total beras yang disalurkan sebanyak 6.027.010 kilogram untuk 602.701 keluarga miskin di NTB.

Menurut David, program bantuan pangan bagi masyarakat miskin ini akan berlanjut pada bulan Oktober dan November. Sehingga dibutuhkan stok beras yang mencukupi untuk program bantuan pangan dan SPHP di NTB.

Baca Juga: Pendaki Asal Lombok Timur Meninggal Usai Terjepit di Gua Susu Rinjani

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya