Estimasi 5.927 Kasus, Ribuan Kasus HIV/AIDS Belum Terbongkar di NTB

Kota Mataram tertinggi kasus HIV/AIDS di NTB

Mataram, IDN Times - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTB menyebutkan estimasi kasus HIV/AIDS di NTB sebanyak 5.927 kasus. Namun sejak 2001 sampai Juli 2023, jumlah kasus yang ditemukan baru sebanyak 53,88 persen atau 3.193 kasus.

Sekretaris KPA Provinsi NTB Suhermanto yang dikonfirmasi IDN Times, Jumat (8/12/2023) menyatakan ribuan kasus HIV/AIDS belum terbongkar di NTB. Penderita HIV/AIDS yang masih berkeliaran inilah yang dikhawatirkan akan menularkan kepada orang lain.

"Angka kasus kumulatif dari 2001 sampai Juli 2023 ada 3.193 kasus atau 53,88 persen dari estimasi 5.927 kasus HIV/AIDS di NTB. Kita temukan baru 3.193 kasus sejak 2001 sampai 2023," sebutnya.

1. Penderita HIV/AIDS didominasi usia produktif

Estimasi 5.927 Kasus, Ribuan Kasus HIV/AIDS Belum Terbongkar di NTBilustrasi AIDS (IDN Times/Mardya Shakti)

Suhermanto merincikan dari 3.193 kasus HIV/AIDS yang sudah ditemukan, sebanyak 1.695 kasus HIV dan 1.498 kasus AIDS. Ia menyebut sekarang kasus HIV lebih banyak ditemukan karena petugas aktif melakukan skrining.

Sebelumnya, kasus AIDS lebih banyak, karena petugas lambat melakukan skrining. Dikatakan, penderita HIV/AIDS di NTB didominasi usia produktif umur 20 - 49 tahun.

Penyebab terbanyak tingginya kasus HIV/AIDS di NTB berdasarkan faktor risiko adalah heteroseksual dan homoseksual. Hubungan seksual gonta-ganti pasangan dan hubungan sesama jenis menjadi penyebab paling banyak meningkatnya kasus HIV/AIDS di NTB.

Suhermanto menyebutkan empat kabupaten/kota dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di NTB. Pertama adalah Kota Mataram 856 kasus, Lombok Barat 456 kasus, Lombok Timur 436 kasus, dan Lombok Tengah 330 kasus.

Baca Juga: KPU NTB Buka Rekrutmen 113.701 Petugas KPPS, Gaji hingga Rp1,2 Juta

2. Mantan TKI disinyalir ikut menularkan HIV kepada istri

Estimasi 5.927 Kasus, Ribuan Kasus HIV/AIDS Belum Terbongkar di NTBIlustrasi HIV/AIDS. Google

Berdasarkan pekerjaan, ibu rumah tangga (IRT) menjadi penderita HIV/AIDS terbanyak kedua di NTB setelah karyawan. Menurut Suhermanto, mantan TKI NTB yang baru pulang dari luar negeri disinyalir membawa virus HIV karena 'jajan sembarangan' di luar negeri.

Untuk itulah, pihaknya sedang mengupayakan ada tempat khusus untuk melakukan skrining terhadap TKI yang baru pulang dari luar negeri di Bandara Internasional Lombok.

"Seharusnya ada tempat khusus skrining HIV/AIDS untuk TKI yang baru pulang di Bandara Internasional Lombok. Kita mencari jalan supaya itu terwujud. Kendalanya karena ini melibatkan banyak instansi, sehingga itu belum bisa klop. Karena IRT yang penderita HIV terbanyak kedua. Suami jajan di luar negeri. Begitu pulang, membawa virus HIV, istri tertular," katanya.

3. Bergerak bersama komunitas

Estimasi 5.927 Kasus, Ribuan Kasus HIV/AIDS Belum Terbongkar di NTBKepala Dikes NTB dr. Lalu Hamzi Fikri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB dr. Lalu Hamzi Fikri mengatakan pemerintah menargetkan Indonesia bebas AIDS pada tahun 20230. Untuk itu, pihaknya mengajak komunitas bergerak bersama mengakhiri AIDS tahun 2030.

Ia mengajak komunitas atau masyarakat untuk berperan aktif dalam melakukan perubahan, berkontribusi dalam mencegah penularan virus HIV ke orang lain, terutama pasangan. Kemudian memanfaatkan teknologi dalam menyebarkan informasi HIV/AIDS, dan menciptakan generasi bebas stigma.

Berdasarkan data Dikes NTB sejak 2001 sampai September 2023, jumlah kasus HIV sebanyak 1.745 kasus, sedangkan kasus AIDS berjumlah 1523 kasus. Tahun 2023, kasus baru HIV hingga bulan September sebanyak 268 kasus, dan AIDS sebanyak 131 kasus.

Fikri mengungkapkan kasus HIV/AIDS di NTB lebih banyak dialami oleh laki-laki. Apabila dibandingkan dengan penderita perempuan yaitu 7 berbanding 2.

Strategi penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan Pemprov NTB, kata Fikri, antara lain melalui pencegahan dengan penerapan perilaku aman, konseling, edukasi, penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Kemudian pelaksanaan sirkumsisi, pemberian kekebalan HPV, pengurangan dampak buruk bagi penasun (Pengguna Napza Suntik), pencegahan dengan skrining, pemberian ARV profilaksis, melaksanakan uji saring dan penerapan kewaspadaan standar.

"Pencegahan kasus HIV/AIDS di NTB dilakukan pula dengan sosialisasi kepada masyarakat mengenai HIV/AIDS, sekaligus untuk mengetahui sudut pandang masyarakat tentang HIV/AIDS, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil," terangnya.

4. Jasa konseling kepada calon pengantin

Estimasi 5.927 Kasus, Ribuan Kasus HIV/AIDS Belum Terbongkar di NTBIlustrasi calon pengantin (unsplash.com/muresan113)

Selain itu, sosialisasi ke hotspot-hotspot seperti kegiatan mobile clinic, pemberian sosialisasi dan edukasi di sekolah dengan materi yang berkaitan dengan reproduksi serta materi tentang NAPZA. Pemerintah juga menyediakan jasa konseling kepada calon pengantin, terutama edukasi tentang melakukan hubungan seksual yang aman hanya dengan satu pasangan.

Apabila ditemukan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang dapat berpotensi atau memicu kemungkinan tertular HIV/AIDS, maka diberikan penjelasan untuk screening HIV secara rutin agar dapat mengantisipasi risiko penularan sejak dini.

Selanjutnya dilakukan surveilans dengan intensifikasi penemuan kasus secara aktif dan pasif, pengamatan epidemiologi HIV, AIDS, dan IMS. Dengan pengolahan, analisis, interpretasi, serta diseminasi informasi, mendapatkan informasi resistensi obat ARV dan gonore (kencing nanah), serta menggunakan data dan informasi untuk pengambilan keputusan.

Fikri menambahkan penanganan kasus dilakukan dengan penanganan ODHIV (Orang dengan HIV) sesuai standar, penyediaan akses pemeriksaan viral load HIV dan pengobatan pasien IMS sesuai standar.

Dari segi promosi kesehatan menggunakan tenaga dari pengelola program untuk mempromosikan kesehatan HIV, AIDS, dan IMS, memuat pesan pencegahan dan pengendalian HIV, AIDS, dan IMS terintegrasi.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, BTNGR Tutup 3 Wisata Air Terjun Kawasan Gunung Rinjani

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya