Dilaporkan Dugaan Eksploitasi Joki Cilik, Ketua BPPD NTB Buka Suara

Ketua BPPD NTB hormati proses hukum

Mataram, IDN Times - Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Ari Garmono buka suara terkait dirinya yang dilaporkan dalam kasus dugaan eksploitasi anak pada gelaran pacuan kuda di Arena Pacuan Kuda Penyaring Sumbawa, 18 Juni lalu. Gelaran pacuan kuda tersebut merupakan side event MXGP Samota pada 24 - 26 Juni di Rocket Motor Circuit.

Sebelumnya, Ketua BPPD NTB Ari Garmono telah dilaporkan oleh Yan Mangandar dari Koalisi Stop Joki Anak. Yan Mangandar telah diperiksa sebagai pelapor oleh Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Ditreskrimum Polda NTB, Selasa (12/7/2022).

1. BPPD NTB bukan panitia penyelenggara

Dilaporkan Dugaan Eksploitasi Joki Cilik, Ketua BPPD NTB Buka SuaraLomba pacuan kuda dengan joki cilik di Sumbaw (Dok. Pemprov NTB)

Ketua BPPD NTB Ari Garmono yang dikonfirmasi IDN Times, Rabu (13/7/2022) menegaskan BPPD NTB bukan panitia penyelenggara event pacuan kuda tersebut. Sehingga ia tidak paham kenapa harus dilaporkan.

"Jadi saya masih belum memahami relasi pelaporan saya dengan keterkaitan BPPD dalam event tersebut," kata Ari Garmono.

Baca Juga: Polisi Usut Dugaan Eksploitasi Anak di Pacuan Kuda Milik Gubernur NTB

2. Hormati proses hukum

Dilaporkan Dugaan Eksploitasi Joki Cilik, Ketua BPPD NTB Buka SuaraIlustrasi

Ari Garmono juga belum mengetahui kapan dirinya akan dipanggil penyelidik dalam kasus dugaan eksploitasi anak joki cilik. Namun yang pasti, dia akan menghormati proses hukum yang sedang berjalan.

"Yang pasti kita menghormati proses hukum. Namun tak kalah penting juga menghormati tradisi yang ada agar tidak ada perlawanan kultural yang diakibatkan dari kekecewaan suatu entitas budaya," ujarnya.

3. Kearifan lokal

Dilaporkan Dugaan Eksploitasi Joki Cilik, Ketua BPPD NTB Buka SuaraJoki cilik meninggal saat latihan di pacuan kuda Bima/dok. (Facebook.com/Yaqsha)

Dalam rilis Pemprov NTB pada 21 Juni lalu, mengatakan bahwa event pacuan kuda di Desa Penyaring diinisiasi BPPD NTB bersama Dispapora Sumbawa sebagai rangkaian kegiatan pra event MXGP Samota. Namun beberapa kalangan menyoroti pacuan kuda sebagai kegiatan tak ramah anak, lantaran menggunakan joki cilik.

Kepala Dispapora Sumbawa, Irawan Subekti menegaskan, pacuan kuda di Sumbawa merupakan tradisi masyarakat yang penuh pesan kearifan lokal dan sangat layak diangkat sebagai atraksi wisata.

Keterlibatan anak-anak sebagai joki juga bermuasal dari tradisi turun temurun. Dalam setiap lomba pacuan, anak-anak berusia 8-12 tahun yang menjadi joki pengendali kuda pacuan. "Sehingga ini bukan berarti eksploitasi (anak), karena memang tradisinya begitu dari dulu," katanya.

Irawan menjelaskan, tidak semua anak bisa menjadi joki pacuan kuda. Sebab, secara tradisi pula, profesi joki ini bersifat turun temurun dalam trah keluarga. Seorang joki pasti memiliki ayah, paman, atau kakek yang pernah menjadi joki pula.

"Jadi bukan semua anak bisa jadi joki. Selalu saja kalau ayahnya pernah jadi joki pasti salah satu anaknya akan menurun. Ini pun ada masanya umumnya berusia 8 tahun sampai 12 tahun, setelah itu nggak bisa lagi jadi joki," katanya

Ditambahkan, dalam tiap laga pacuan, tak berlangsung begitu saja. Ada prosesi magis yang menyertai joki pacuan kuda. Dalam tradisi Sumbawa disebut Sandro. Kelebihan Sandro ini diyakini melindungi joki jika terjadi kecelakaan berkuda.

"Secara nalar memang susah diterima, tapi itulah tradisi budaya. Sehingga meski terjadi kecelakaan berkuda terkadang joki ini tak mengalami luka," katanya.

Pro kontra joki cilik dalam pacuan kuda, menurut Irawan, terjadi karena perspektif dan cara pandang yang berbeda. Namun Irawan menekankan, dari sisi pariwisata dan budaya, tradisi pacuan kuda ini menjadi tradisi yang penuh dengan pesan moral dan kearifan lokal.

Selain sebagai ajang silaturahmi masyarakat dari tiap desa dan kecamatan yang ada di Sumbawa. Tradisi ini juga menumbuhkan sikap ksatria dan sportif. "Bagi sektor olahraga, tradisi ini juga bisa menjadi ajang mencari bibit unggul atlet berkuda," katanya.

Karena potensinya yang menarik dan berkonsep melestarikan tradisi budaya, pacuan kuda pun sudah menjadi salah satu event pariwisata yang mendapat dukungan Kemenparekraf RI.

Baca Juga: Kecelakaan Maut di Pusuk Sembalun, 3 Korban Meninggal di Tempat

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya