Didominasi Industri Kecil, NTB Optimistis Jauh dari Ancaman PHK Massal

Tingkat pengangguran terbuka di NTB menurun

Mataram, IDN Times - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) optimistis tidak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, seperti yang terjadi di Jawa Barat (Jabar) dampak dari ancaman krisis global. Pasalnya, di NTB tidak banyak industri skala besar seperti di Pulau Jawa.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB, I Gede Putu Aryadi menyebutkan jumlah kasus PHK di NTB sebanyak 44 kasus. "Tapi tidak ada PHK besar-besar. Kalau ada yang di-PHK, sudah habis masa kontrak, tidak diperpanjang," kata Aryadi dikonfirmasi IDN Times di Kantor Gubernur NTB, Jumat (2/12/2022).

1. Selesai di tingkat mediasi

Didominasi Industri Kecil, NTB Optimistis Jauh dari Ancaman PHK MassalKepala Disnakertrans NTB I Gede Putu Aryadi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Ia menyebutkan kasus PHK yang terjadi, misalnya ada beberapa usaha perhotelan yang menghentikan bianisnya di Kabupaten Lombok Utara sehingga karyawannya di-PHK. Penyelesaiannya tidak sampai di pengadilan, tetapi sampai tingkat mediasi.

"Kalau ndak salah sekitar 44 kasus PHK. Kalau ada mediasi tercapai, berarti selesai. Tapi ada juga kasus lama, dilaporkan baru. Sebenarnya sudah di luar hubungan kerja. Kalau begini, kalau tidak tercapai kesepakatan kita buat anjuran. Anjuran itu, dia menyelesaikan melalui jalur pengadilan," terang Aryadi.

Tahun ini, kata Aryadi, hanya satu kasus PHK yang penyelesainnya sampai tingkat pengadilan. Begitu juga tahun 2021, ada satu kasus, yaitu kasus PHK pegawai PDAM Bima. Dikatakan, kasus PHK yang terjadi di NTB, jarang yang diselesaikan sampai tingkat pengadilan, tetapi lebih banyak diselesaikan secara mediasi.

Baca Juga: Dikes Usulkan Beasiswa NTB untuk Sekolahkan Dokter Muda ke Luar Negeri

2. Tidak banyak industri besar

Didominasi Industri Kecil, NTB Optimistis Jauh dari Ancaman PHK MassalIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Mantan Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi NTB ini menyatakan di NTB tidak banyak industri skala besar. Industri yang ada di NTB didominasi skala kecil atau UMKM.

"Kita lebih banyak industri pengolahan skala kecil yaitu UMKM. Sehingga industri yang kena resesi global itu yang bersifat ekspor. Kayak di Batam dan Jawa Barat. Kalau ada penurunan ekspor pasti ada pengurangan karyawan," jelasnya.

Sehingga, kata Aryadi, ancaman krisis global, kemungkinan tidak terlalu berdampak terhadap NTB. Untuk itu, upaya yang dilakukan terus mendorong pekerja yang kompeten dan produktif. "Sehingga sektor-sektor informal bergerak, ekonomi stabil di daerah," katanya.

Dalam setahun terakhir, ada program penciptaan lapangan kerja di sektor industri pengolahan. Sehingga dari rilis BPS, ada pergeseran penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan dan akomodasi makan minum.

Ekonomi NTB Triwulan III-2022 terhadap Triwulan III-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 7,10 persen. Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 38,79 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 34,54 persen.

Ekonomi Nusa Tenggara Barat Triwulan I sampai dengan triwulan III-2022 terhadap Triwulan I - III-2021 mengalami pertumbuhan sebesar 6,93 persen (c-to-c). Dari Sisi produksi, pertumbuhan terbesar terjadi pada Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 30,85 persen. Sementara dari sisi pengeluaran semua komponen tumbuh, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 39,31 persen.

3. Tingkat pengangguran terbuka menurun

Didominasi Industri Kecil, NTB Optimistis Jauh dari Ancaman PHK MassalKepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sementara itu, BPS NTB mencatat jumlah angkatan kerja pada Agustus 2022 sebanyak 2,80 juta orang, mengalami peningkatan sebanyak 59,29 ribu orang dibanding Agustus 2021. Sejalan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik sebesar 0,36 persen.

Kepala BPS Provinsi NTB, Wahyudin mengatakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar 2,89 persen, mengalami penurunan sebesar 0,12 persen dibandingkan dengan Agustus 2021. Disebutkan, penduduk yang bekerja di NTB sebanyak 2,72 juta orang, meningkat sebanyak 60,95 ribu orang dari Agustus 2021.

Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan persentase penduduk bekerja terbesar adalah Sektor Pertanian 1,96 persen, Perdagangan Besar dan Eceran 0,81 persen dan Jasa Lainnya 0,40 persen. Pada Agustus 2022, sebanyak 2,05 juta orang atau 75,36 persen bekerja pada kegiatan informal. Angkanya naik 1,46 persen dibanding Agustus 2021.

Sebagian besar penduduk yang bekerja merupakan pekerja penuh sebesar 61,40 persen. Sementara pekerja paruh waktu sebesar 25,30 persen dan setengah penganggur 13,30 persen. BPS NTB mencatat sebanyak 54,08 ribu orang atau 1,37 persen penduduk usia kerja yang terdampak COVID-19.

Terdiri dari pengangguran karena COVID-19 sebesar 2,61 ribu orang, Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena COVID-19 sebanyak 6,80 ribu orang. Sementara tidak bekerja karena COVID-19 sebanyak 2,56 ribu orang dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena COVID-19 sebanyak 42,10 ribu orang.

Baca Juga: Ayam Taliwang hingga Sate Rembiga Dikirim untuk Korban Gempa Cianjur

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya