10,34 Hektare Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani Terbakar

Lokasi kebakaran terjal dan curam

Mataram, IDN Times - Seluas 10,34 hektare kawasan hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) di Gunung Mentar Desa Sembalun Bumbung Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) terbakar pada Selasa (2/8/2022) sekitar pukul 11.30 Wita.

Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) itu terjadi di wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II TNGR. Lokasi kebakaran di sekitar Pal TN 305 dengan titik koordinat 08°23'30.66"S 116°32'19.47".

1. Topografi areal terbakar terjal dan curam

10,34 Hektare Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani TerbakarTim Pengendalian Karhutla berusaha memadamkan api. (Dok. TNGR)

Kepala Balai TNGR, Dedy Asriady menjelaskan kebakaran yang terjadi merupakan jenis kebakaran permukaan. Dengan vegetasi yang terbakar antara lain rumput, alang-alang, semak, perdu dan dedaunan kering.

Ada beberapa kendala yang dihadapi Tim Siaga Pengendalian Karhutla pada saat melakukan kegiatan pemadaman. Seperti topografi areal yang terbakar cenderung terjal dan curam, kecepatan angin yang relatif tinggi yang menyebabkan kebakaran menjadi cepat meluas. Vegetasi yang mudah terbakar serta kurangnya ketersediaan sumber air di lokasi tersebut.

Baca Juga: Tiket Pesawat dan Hotel Mahal, WSBK Mandalika Terancam Sepi Penonton

2. Pendaki diminta bijak gunakan api saat memasuki areal hutan

10,34 Hektare Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani TerbakarLahan kawasan TNGR yang terbakar. (Dok. TNGR)

Api dapat dikendalikan sekitar pukul 16.30 Wita dan dapat dinyatakan padam setelah Tim Pengendalian Karhutla melakukan mop up pada pukul 17.00 Wita. Adapun luas areal yang terbakar sekitar 10,34 hektare.

Masyarakat dan pendaki diminta menjaga kelestarian alam Rinjani dengan bersama-sama mencegah terjadinya Karhutla. Masyarakat diminta bijak menggunakan api saat memasuki kawasan TNGR dan memastikan api yang digunakan telah padam sebelum meninggalkan tempat.

3. BMKG keluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis

10,34 Hektare Kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani TerbakarIlustrasi sawah mengalami kekeringan. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Sebelumnya, BMKG Stasiun Klimatologi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluarkan peringatan dini kekeringan meteorologis. Bencana kekeringan meteorologis yang kerap melanda NTB di musim kemarau terpantau mulai terjadi di sebagian wilayah NTB.

BMKG Stasiun Klimatologi NTB mencatat sebanyak 43 kecamatan yang masuk level siaga dan waspada kekeringan. Dengan rincian 13 kecamatan masuk level siaga kekeringan dan 30 kecamatan masuk level waspada kekeringan.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana menyebutkan 13 kecamatan yang masuk level siaga kekeringan. Antara lain, Kecamatan Wawo, Bolo dan Soromandi di Kabupaten Bima. Kemudian, Kecamatan Pringgabanya, Sambelia, Sakra Barat dan Swela di Kabupaten Lombok Timur. Selanjutnya, Kecamatan Buer, Labuhan Pandan dan Lape di Kabupaten Sumbawa, Kecamatan Maluk di Kabupaten Sumbawa Barat, serta Kecamatan Huu dan Kilo di Kabupaten Dompu.

Sedangkan 30 kecamatan yang masuk level waspada kekeringan terdapat di Kecamatan Dompu, Kempo, Manggalewa, Pajo dan Woja di Kabupaten Dompu. Kemudian Kecamatan Bolo, Lambitu, Lambu, Madapangga dan Palibelo di Kabupaten Bima.

Kecamatan Raba dan Rasanae Timur di Kota Bima, Kecamatan Gerung dan Lembar di Kabupaten Lombok Barat, Kecamatan Janapria, Jonggat, Praya Barat Daya, Praya Tengah dan Pujut di Kabupaten Lombok Tengah.

Selain itu, Kecamatan Jerowaru, Labuhan Haji, Masbagik, Montong Gading, Sikur dan Sukamulia di Kabupaten Lombok Timur, serta Kecamatan Batulanteh, Empang, Labangka, Lenangguar dan Moyo Utara di Kabupaten Sumbawa.

Berdasarkan monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) provinsi NTB umumnya dalam kategori menengah yaitu 11 – 20 hari hingga panjang yakni 21 – 30 hari. Namun di beberapa wilayah sudah terpantau HTH dengan kategori sangat panjang yakni 31 – 60 hari. HTH terpanjang terpantau terjadi di wilayah Perigi, Kabupaten Lombok Timur sepanjang 58 hari.

Peluang curah hujan pada dasarian I Agustus 2022, kata Nindya, sudah semakin berkurang. Peluang curah hujan dengan intensitas di bawah 20 mm/dasarian terjadi merata di seluruh wilayah NTB dengan probabilitas di atas 80 persen.

Memasuki periode puncak musim kemarau 2022, lanjut Nindya, masyarakat NTB perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, hingga suhu dingin yang dapat menggagu aktivitas sehari-hari. Namun demikian, masyarakat juga tetap perlu mewaspadai adanya potensi cuaca ekstrem bersifat lokal seperti terjadinya angin kencang dan hujan yang terjadi secara tiba-tiba.

Baca Juga: Tersangka Kasus ITE, Ketua PHDI NTB Ajukan Penghentian Penuntutan 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya