Melihat Cara Baru Promosi Kain Tenun Buatan UMKM di Lombok

Lombok Tenun Expo tampilkan ragam busana menarik

Mataram, IDN Times – Gema Alam bersama sejumlah pihak berupaya memperkenalkan kain tenun kepada banyak orang. Salah satu caranya dengan menggelar Lombok Tenun Expo. Kegiatan ini diikuti oleh beberapa kelompok usaha atau pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memproduksi kain tenun khas Lombok.

“Tujuan event Lombok Tenun Expo adalah menyebarluaskan konsep dan pengalaman pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan sumber daya alam yang kompatibel dengan iklim NTB,” Kata  Ketua Tim Program Perempuan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Gema Alam NTB, Muhamad Juaini, di Mataram, Sabtu (27/5/2023).

Kegiatan ini juga menampilkan pertunjukan fesyen dan pameran tenun alam lokal. Hasil karya dari kelompok tenun dari tiga desa di NTB ditampilkan, dipromosikan dan dijual. Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Yayasan PIKUL NTT, Dekranasda NTB, Dinas Perdagangan (Disdag) NTB dan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dengan melibatkan desainer dan model profesional.

“Kegiatan ini bekerja sama dengan berbagai pihak. Tujuannya lainnya itu tadi, untuk mempromosikan hasil karya ibu-ibu berupa kain tenun dari berbagai desa di NTB,” ujar Juaini.

1. Menenun sejak SD

Melihat Cara Baru Promosi Kain Tenun Buatan UMKM di LombokKhairun Nisa melayani pembeli kain tenun (IDN Times/Linggauni)

Salah satu penenun sekaligus pelaku UMKM yang menjual kain tenun dari Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Khairun Nisa mengatakan bahwa dirinya adalah generasi ke-4 dari keluarganya. Dia mantap mengambil alih dan mengembangkan usaha kain tenun itu selama 10 tahun terakhir.

“Saya sudah menenun sejak kelas 5 SD. Sekarang saya sudah berusia 45 tahun. Jadi sudah lama sekali. Alhamdulillah, dari menenun ini ada rezeki,” ujarnya, di Mataram, Sabtu (27/5/2023).

Nisa biasanya menjual satu kain tenun berbahan benang sintetis dengan harga Rp400 ribu hingga Rp800 ribu. Sementara kain tenun dengan pewarna alami biasanya dijual dengan harga Rp1 juta hingga Rp2 juta.

“Kalau yang paling banyak dibeli itu selendang karena harganya lebih terjangkau, Rp200 ribu per lembar. Biasanya ini memang yang paling banyak diincar oleh pembeli,” ujarnya.

Baca Juga: 7 Spot Asyik di Poltekpar Lombok, Bisa Healing Tipis-tipis Nih!

2. Penjualan secara daring

Melihat Cara Baru Promosi Kain Tenun Buatan UMKM di LombokKhairun Nisa menggunakan ponselnya untuk berjualan dan promosi secara daring (IDN Times/Linggauni)

Nisa mengatakan omzet bulanannya menjual selendang saja kurang lebih Rp3 juta. Pembelinya dari berbagai kalangan. Ada yang datang langsung membeli, biasanya wisatawan mancanegara dan nusantara. Ada juga yang memesan secara daring. Dia mengaku bahwa sistem penjualannya mengikuti tren dan perkembangan zaman.

“Kami punya akun media sosial juga untuk promosi. Banyak yang order dari sana. Pembayarannya dengan cara ditransfer, kemudian pesanannnya kami kirimkan,” ujarnya.

Bagi wisatawan atau pembeli yang datang langsung ke tempatnya, bisa melakukan pembayaran secara tunai atau menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Nisa berharap dengan ragam promosi yang dilakukan bisa mendatangkan banyak pembeli. Sehingga dia bisa terus memproduksi kain tenun dengan kualitas terbaik.

3. Apresiasi dari Pemda NTB

Melihat Cara Baru Promosi Kain Tenun Buatan UMKM di LombokKepala Disdag Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti (IDN Times/Linggauni)

Kepala Disdag Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan bahwa industri fesyen dengan bahan dasar kain tenun ini sangat menarik dan cukup diminati. Hanya saja, perlu ruang-ruang ekstra untuk mempromosikan kepada banyak orang. Salah satunya dengan menggelar kegiatan seperti Lombok Tenun Expo ini.

“Kita punya banyak potensi, termasuk desainer muda dan warisan nusantara berupa kain tenun ini. Inilah yang kemudian didukung dan diberikan ruang oleh Pemprov NTB untuk menunjukkan kemampuan dirinya,” ujar Nelly.

Sementara itu, untuk para penenun sudah difasilitasi berupa bantuan modal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi yang memenuhi persyaratan. Bagi yang tidak bisa meminjam dana KUR, maka difasilitasi untuk meminjam di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.

“Kalau di BUMDes itu tidak meminjam uang, tapi langsung dikasih benang atau bahan bakunya. Jadi tidak dikasih fresh money (uang tunai, red),” kata Nelly.

Nelly berharap semua potensi yang dimiliki oleh NTB bisa terekspos, termasuk kain tenun. Sehingga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, utamanya yang di desa-desa.

Baca Juga: Gubernur Mutasi 8 Pejabat Eselon II, Kepala Disnakeswan NTB Diganti 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya