TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Persawahan Padi di NTB Bertambah 13.800 Ha untuk Hadapi El Nino

Produksi padi diperkirakan 82.800 ton GKG

Petani di Desa Merembu Kecamatan Labuapi Lombok Barat sedang membajak sawah. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjanjikan penambahan luas area tanam padi di Nusa Tenggara Barat (NTB) seluas 50 ribu hektare. Penambahan area tanam ini guna mengantisipasi dampak negatif El Nino tahun 2023. 

Realitas di lapangan penambahan lahan persawahan di NTB seluas 13.800 hektare. "Sebelumnya kita diminta menambah 50 ribu hektare penambahan luas areal tanam padi tapi kita hanya dapat 13.800 hektare karena kuota nasional sudah lebih," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB Muhammad Taufiek Hidayat di Mataram, Sabtu (23/9/2023).

Baca Juga: Modal Jejaring, Caleg Muda di Lombok 'Door To Door' Sapa Warga

1. Penambahan luas areal tanam padi 500 ribu hektare dibagi ke 10 provinsi

Kepala Distanbun NTB Muhammad Taufiek Hidayat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Taufiek menyebutkan penambahan luas areal tanam padi untuk mengantisipasi El Nino secara nasional seluas 500 ribu hektare. Penambahan luas areal tanam tersebut dibagi ke 10 provinsi yang menjadi sentra produksi dan penyangga beras nasional, termasuk NTB.

Dari 500 ribu hektare, hanya tersisa kuota seluas 13.800 hektare. "Sehingga sisanya tinggal 13.800 hektare, kita yang ambil. Jadi ndak 50 ribu hektare," terangnya.

2. Panen bulan Oktober

Ilustrasi panen padi. (IDN Times/Dhana Kencana)

Belasan ribu hektare penambahan luas areal tanam padi untuk mengantisipasi El Nino tersebut sudah ditanami petani sejak Juli, Agustus dan September. Jumlah produksi gabah kering giling diperkirakan sebanyak 82.800 ton, karena produksi per hektare diperkirakan sebanyak 6 ton.

Pada Oktober mendatang, belasan ribu hektare penambahan luas areal tanam padi mengantisipasi El Nino sudah mulai panen. Meskipun El Nino melanda NTB, tetapi ia mengatakan tidak berdampak terhadap produksi padi.

"Sampai Oktober, produksi gabah di NTB diperkirakan 1,38 juta ton. Kalau dikonversikan ke beras sekitar 900 ribu ton. Sementara kebutuhan beras dalam daerah sekitar 530 ribu ton, sehingga kita surplus beras," ucapnya.

3. NTB dijadikan penyangga beras nasional

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Dinas Ketahanan Pangan Sulsel di Makassar, Kamis (8/7/2021). IDN Times/Asrhawi Muin

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan ada 6 provinsi yang menjadi sentra produksi beras di Indonesia, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Kemudian tiga provinsi dijadikan penyangga dari enam provinsi sentra produksi beras nasional tersebut, yakni NTB, Lampung dan Kalimantan Selatan.

Dia menjelaskan alasan memilih NTB sebagai daerah penyangga beras nasional menghadapi ancaman El Nino. Menurutnya, NTB sudah teruji dalam beberapa tahun terakhir, di mana produktivitas beras terus meningkat dan stok pangan yang semakin baik.

"Oleh karena itu posisi ini harus didorong dan diberi ruang. NTB mungkin sudah selesai dengan kebutuhan beras di dalam daerah tapi NTB harus berkontribusi pada kepentingan nasional," ujarnya.

Baca Juga: Pemkot Mataram akan Bikin Air Mancur di Tugu Mataram Metro

Berita Terkini Lainnya