500 Ribu Warga NTB Diperkirakan Menderita Penyakit Jantung
Dipicu oleh gaya hidup yang tak sehat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mataram, IDN Times - Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyebutkan sekitar 500 ribu warga di daerah ini menderita penyakit jantung. Ketua Perki Provinsi NTB dr. Bayu Setia menjelaskan pada 2018, prevalensi penyakit jantung di NTB sebesar 0,9 persen dari jumlah penduduk NTB yang saat ini mencapai 5,3 juta jiwa.
"Kalau itu 2018, sekarang 2023, sekitar 500 ribu orang. Anggap saja sekarang sudah 10 persen dari 5,3 juta jiwa, maka sekitar 500 ribu orang," kata Bayu disela-sela Peringatan Hari Jantung Sedunia di Kantor Gubernur NTB, Kamis (28/9/2023).
Baca Juga: Destinasi Sport Tourism, ITDC Bakal Bangun Lapangan Bola di Mandalika
1. Dipicu gaya hidup dan kurang olahraga
Bayu menjelaskan sebelumnya penderita penyakit jantung lebih banyak usia 50 tahun ke atas. Namun sekarang, penderita penyakit jantung didominasi usia produktif atau di bawah 50 tahun. Bahkan, ada pasien yang ditangani berusia 20 tahun.
Menurutnya, gaya hidup menjadi pemicu penyakit jantung. Saat ini, banyak pelajar SMP yang sudah merokok, kurang bergerak karena bermain game online. Apalagi ketika bermain game online sambil mengonsumsi makanan cepat saji.
Dia mengatakan bahwa dalam makanan cepat saji mengandung kadar garam atau natrium yang tinggi. Ia menyebut, kebutuhan natrium untuk tubuh hanya 5 gram per hari. Tetapi, dalam satu bungkus mie instan yang dimakan, mengandung 1.000 gram natrium.
"Jadi tanpa kita sadari, kita sering mengonsumsi garam berlebih. Itu adalah salah satu pemicu hipertensi dan nanti sebagai salah satu penyebab penyakit jantung," terangnya.
Penyakit jantung yang menyerang anak muda atau penduduk usia produktif karena perubahan gaya hidup. Mereka lebih senang mengonsumsi makanan cepat saji daripada makanan diolah sendiri yang banyak di lingkungan sekitar. Selain itu, aktivitas yang kurang menyebabkan seseorang sangat rentan terserang penyakit jantung.
"Jadi lebih kepada gaya dan pola hidup, aktivitas olahraga yang kurang. Kita tahu, padatnya pelajaran anak sekolah sampai sore, sehingga pulang sudah capek dan lelah. Sehingga tak ada kesempatan mereka berolahraga," tuturnya.
Baca Juga: Tahun Depan, MotoGP Mandalika Digelar 27 - 29 September 2024