Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Psychological Reactance, Rasa Malas yang Muncul Ketika Disuruh

Ilustrasi psychological reactance, rasa malas yang muncul ketika disuruh melakukan sesuatu. (Pinterest/Nina Horvat)
Ilustrasi psychological reactance, rasa malas yang muncul ketika disuruh melakukan sesuatu. (Pinterest/Nina Horvat)

Kamu pasti pernah mengalami situasi di mana kamu ingin melakukan sesuatu secara sukarela, namun tiba-tiba ada orang yang menyuruhmu melakukan hal tersebut dan kamu pun akhirnya merasa enggan untuk melakukan kegiatan tersebut?

Hal ini dikenal dengan istilah psychological reactance, yaitu kondisi yang membuat seseorang secara tidak sadar merasa kehilangan kebebasan berperilaku. Bahkan ada beberapa orang yang merasa kebebasan untuk membuat pilihannya sendiri terancam karena adanya dorongan dari orang lain.

Tak heran bila kondisi ini kerap membuat orang sangat kesal dan tidak semangat lagi melakukan hal apapun.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut pembahasan mengenai psychological reactance, yaitu rasa malas yang muncul ketika disuruh melakukan sesuatu.

1. Apa itu psychological reactance?

Ilustrasi meningkatkan kedisiplinan untuk kesuksesan hidup di masa depan. (Pinterest/Abu Bakar)
Ilustrasi meningkatkan kedisiplinan untuk kesuksesan hidup di masa depan. (Pinterest/Abu Bakar)

Fenomena psychological reactance yang berpusat pada perasaan kehilangan kebebasan untuk berperilaku ini dapat terjadi di berbagai lingkungan, baik di rumah bersama keluarga, teman, atau lingkup profesional.

Konsep psychological reactance ini dirumuskan oleh psikolog Dr. Jack Brehm pada tahun 1966, di mana ia mendefinisikan reaktansi sebagai motivasi untuk mendapatkan kembali kebebasan setelah kebebasan itu hilang atau terancam. Hal ini menyebabkan individu yang mendapatkan tekanan ketika mereka hendak melakukan sesuatu justru memberontak dan memiliki tendensi untuk melakukan yang sebaliknya.

Sebagai contoh, kamu mungkin sedang ingin mencuci piring di dapur namun ketika hendak melakukannya, ibumu menyuruhmu untuk melakukan hal sama yang sebenarnya ingin kamu lakukan. Alih-alih mengiyakan, kamu justru merasa kesal karena hal yang akan kamu kerjakan akan dianggap sebagai hasil dari suruhan ibumu, bukan karena inisiatif pribadi.

2. Psychological reactance erat kaitannya dengan bagaimana kita merasakan kebebasan

Ilustrasi sedih karena sikap keras orang tua. (Pinterest/luv)
Ilustrasi sedih karena sikap keras orang tua. (Pinterest/luv)

Psychological reactance atau reaktansi psikologis memiliki kaitan dengan bagaimana kita merasakan kebebasan. Teori ini dicetuskan oleh Dr. Jack Brehm dalam makalahnya pada tahun 1966.

Terdapat empat poin penting dalam teori psychological reactance dari Dr. Jack Brehm, antara lain:

  • Reaktansi muncul ketika kita merasa punya kontrol. Kita hanya akan merasa reaktansi ketika kita percaya kita bisa memilih atau mengendalikan perilaku kita.
  • Ketika kebebasan yang kita miliki untuk melakukan sesuatu hilang, maka kita akan semakin lebih merasa terganggu atau menentang suruhan orang lain.
  • Semakin banyak kebebasan yang hilang, maka akan semakin besar reaktansi. Misalnya, ketika ke sekolah murid dilarang membawa handphone, mereka akan lebih merasa keberatan dibandingkan untuk tidak menggunakan handphone saat kelas berlangsung.
  • Reaktansi akan lebih besar apabila apabila ada indikasi ancaman lain. Sebagai contoh, apabila guru melarang makan di kelas, murid mungkin akan merasa bahwa mereka juga dilarang minum air. Hal ini pun membuat reaktansi menjadi lebih besar.

Keempat teori ini menjelaskan bahwa orang akan melawan ketika kebebasan yang mereka rasakan terancam atau dibatasi oleh suruhan atau perintah dari orang lain.

3. Cara menyikapi psychological reactance

Ilustrasi kutipan-kutipan menakjubkan dari novel Paulo Coelho. (Pinterest/herviewfromhome.com)
Ilustrasi kutipan-kutipan menakjubkan dari novel Paulo Coelho. (Pinterest/herviewfromhome.com)

Psychological reactance atau reaktansi psikologis adalah reaksi motivasi yang tidak menyenangkan terhadap suruhan, tawaran, aturan, informasi, dan pesan yang dianggap mengancam atau menghilangkan kebebasan berperilaku.

Setidaknya ada empat cara menyikapi psychological reactance ini, antara lain:

  • Mengubah cara berbicara dengan diri sendiri

Alih-alih berpikir "harus" melakukan sesuatu, katakan kepada diri sendiri bahwa kamu "bisa" atau "pantas" melakukannya.

  • Meningkatkan kesamaan interpersonal

Meningkatkan kesamaan interpersonal antara orang yang menyampaikan pesan dan orang yang menerima pesan. Hal ini dapat mengurangi fenomena psikologis ini.

  • Bekerja dengan penuh kesadaran

Jangan bekerja menggunakan ego, melainkan bekerja dengan penuh kesadaran. Hal ini akan membuat kamu tidak kesal ketika tiba-tiba ada orang yang nyuruh kamu.

  • Mempertimbangkan dengan bijaksana

Sebelum menanggapi suatu perintah, pertimbangkan dan periksa diri sendiri apakah tanggapan kamu didasarkan pada logika atau reaksi melawan.

Kini kamu memahami rasa kesal yang kamu alami ketika kamu hendak melakukan sesuatu namun ada orang lain yang menyuruhmu melakukan hal tersebut atau malah melarangmu untuk melakukan hal tersebut. Psychological reactance merupakan sebuah teori psikologis yang berlandaskan pada kebebasan berperilaku yang terusik.

Demikian pembahasan mengenai psychological reactance, yaitu rasa malas yang muncul ketika disuruh melakukan sesuatu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni -
EditorLinggauni -
Follow Us