Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi ciri self-talk yang menyabotase kesehatan mentalmu. (Pinterest/Women’s Health Magazine)

Self-talk atau dialog batin yang kamu lakukan setiap hari adalah salah satu kekuatan paling besar yang memengaruhi cara kamu melihat diri sendiri, menghadapi tantangan, dan menjalani hidup.

Sayangnya, tidak semua self-talk bersifat positif. Sebagian besar dari kita, tanpa sadar, memelihara narasi batin yang justru mengikis rasa percaya diri dan memperkuat perasaan bersalah, cemas, atau tidak layak.

Ketika self-talk menjadi terlalu keras, negatif, dan penuh tuntutan, ia bisa bertransformasi menjadi musuh dalam selimut. Bukannya memberi dorongan, ia justru melemahkan. Dalam artikel ini, penulis akan membahas ciri-ciri umum dari self-talk yang merusak, yang mungkin selama ini kamu anggap normal, padahal justru menyabotase kesehatan mentalmu.

Berikut 5 ciri self-talk yang merusak, yang menyabotase kesehatan mentalmu.

1. Selalu memulai dengan kata "seharusnya"

Ilustrasi tanda kamu terjebak dalam productivity guilt. (Pinterest/welcometothejungle.com)

Kata “seharusnya” sering terdengar seperti motivasi, tetapi dalam banyak kasus, ia menyiratkan tekanan dan rasa bersalah. Misalnya, “Aku seharusnya bisa lebih baik,” atau “Seharusnya aku tidak merasa lelah.” Kalimat seperti ini memberi standar yang tidak realistis dan membuat kita merasa gagal hanya karena menjadi manusia biasa.

Penggunaan kata “seharusnya” secara terus-menerus juga memperkuat persepsi bahwa kamu tidak pernah cukup. Alih-alih membantu, ia malah menjauhkan kamu dari rasa penerimaan dan kasih pada diri sendiri. Mengganti kalimat-kalimat ini dengan “Aku ingin” atau “Aku mencoba” bisa jadi langkah kecil yang berdampak besar.

2. Fokus pada kesalahan dan mengabaikan keberhasilan

Editorial Team

EditorLinggauni

Tonton lebih seru di