TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyimak Tradisi Tujak Ragi Beleq di Lombok Timur

Simbol kerukunan antar masyarakat

Toni Hermawan

Lombok, IDN Times - Tradisi tujak ragi beleq atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan menumbuk bumbu rempah-rempah untuk begawe atau hajatan. Tradisi ini terus terawat dan terjaga di tengah-tengah masyarakat Desa Rumbuk, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
 
Sebelum tradisi tujak ragi beleq dimulai. Tamu undangan diiringi dengan tabuhan gendang beleq sembari memasuki halaman masjid. Setelah sampai tamu undangan dipersilakan duduk sembari mendengarkan lantunan tembang-tembang yang berisi nasihat dalam Bahasa Sasak.

Baca Juga: Warga Menggugat, Pemkab Lombok Timur Ubah Nama KIHT Jadi APHT

1. Masyarakat saat mengupas bawang pada kegiatan tujak ragi beleq

Toni Hermawan

Ketua Panitia Event Seni Budaya, dan Bazar Batur Rumbuk IV Ambi Samudra mengatakan, tradisi tujak ragi beleq wujud gotong royong antar masyarakat mulai dari membersihkan, mengupas, dan menumbuk bumbu masakan atau dikenal dengan tujak ragi.

“Tujuan penyatuan energi positif antar masyarakat untuk menarik energi positif,” terang Ambia di sela-sela kegiatan tujak ragi belq, Kamis (24/8/2023).
 
Pesan moral kepada masyarakat dalam tradisi ini, guna menjaga silaturahmi dan kebersamaan antar masyarakat. Sebab harus memulai suatu pekerjaan secara bersama, setia dalam keadaan susah ataupun senang.

Tujak ragi beleq simbolis kalau sifat manusia ada yang keras dan halus. Nah ini kita bisa gabung untuk energi positif,” harapnya.

2. Para tamu undangan saat diiringi dengan tabuhan gendang beleq

Toni Hermawan

Muhammad Wildan atau biasa dikenal oleh masyarakat Ki Dalang menceritakan tembang-tembang yang dibawakan sebagai hiburan dan pesan moral kepada masyarakat.

“Tembang ini sebagai pemanis supaya masyarakat yang menumbuk rempah-rempah merasa terhibur dan tentunya dalam tembang pula ada pesan moral,” katanya.

Setelah selesai tujak ragi beleq,  menurutnya, masyarakat akan memotong sapi dan dibumbui bumbu sudah ditumbuk. Selanjutnya akan  disantap bersama masyarakat dengan cara begibung atau makan secara bersama-sama dengan masyarakat setempat.

"Pesan di situ, gak ada rakyat biasa gak ada pejabat. Semua sama duduk bersama dan makan secara begibung gak ada pakai piring," ujarnya. 

Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Lombok Timur yang Jarang Dikunjungi Wisatawan

Writer

Toni Hermawan

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya