Misteri Yonaguni: Reruntuhan Bawah Laut Jepang, Mirip Piramida

Di lepas pantai pulau Yonaguni, Jepang, tersembunyi sebuah struktur batu raksasa di dasar laut yang memicu perdebatan sengit sejak ditemukan pada tahun 1986. Bentuknya yang simetris, berlapis-lapis seperti piramida raksasa, membuat sebagian orang yakin ini adalah peninggalan peradaban kuno yang hilang. Namun, sebagian ilmuwan menyebutnya sebagai formasi alami yang kebetulan menyerupai bangunan buatan manusia.
Meski misteri asal-usulnya belum terpecahkan, Monumen Yonaguni telah menarik perhatian penyelam, arkeolog, dan pemburu misteri dari seluruh dunia. Dengan arus laut yang kuat dan visibilitas yang kadang terbatas, menjelajahi situs ini terasa seperti masuk ke dunia lain, sebuah kota purba yang terkubur di bawah ombak selama ribuan tahun.
Berikut ulasan tentang misteri Monumen Yonaguni, reruntuhan bawah laut Jepang yang mirip Piramida.
1. Penemuan yang mengguncang dunia arkeologi

Penemuan Monumen Yonaguni berawal dari penyelam lokal bernama Kihachiro Aratake, yang sedang mencari lokasi penyelaman baru. Ia mendapati struktur batu raksasa dengan sudut-sudut yang nyaris sempurna dan teras-teras yang menyerupai tangga. Temuan ini segera memicu sensasi dan mengundang para peneliti untuk datang meneliti lebih lanjut.
Foto dan rekaman video dari situs ini menunjukkan adanya dinding datar, pilar besar, dan bahkan fitur yang menyerupai jalan dan kolam. Detail tersebut membuat banyak orang sulit percaya bahwa formasi ini terbentuk secara alami, apalagi dengan presisi yang begitu tinggi di kedalaman sekitar 25 meter di bawah permukaan laut.
2. Teori peradaban kuno yang hilang

Beberapa peneliti, termasuk profesor geologi Jepang Masaaki Kimura, berpendapat bahwa Monumen Yonaguni adalah sisa dari peradaban yang hilang, mungkin berusia lebih dari 10.000 tahun. Menurut Kimura, struktur ini bisa jadi merupakan pusat kota atau kompleks kuil yang tenggelam akibat kenaikan permukaan laut setelah zaman es terakhir.
Jika teori ini benar, maka Monumen Yonaguni akan menjadi bukti adanya peradaban maju di Asia Timur jauh sebelum sejarah resmi mencatatnya. Pandangan ini sering dikaitkan dengan legenda Atlantis versi Asia, meski hingga kini bukti artefak atau tulisan kuno yang mendukung klaim tersebut masih sangat terbatas.
3. Teori formasi alami: karya alam yang mengagumkan

Di sisi lain, banyak geolog skeptis terhadap teori peradaban kuno. Mereka berpendapat bahwa batuan pasir di Yonaguni memang mudah retak secara alami mengikuti garis patahan, sehingga membentuk sudut dan teras yang terlihat rapi. Fenomena serupa bisa ditemukan di tebing-tebing darat di beberapa belahan dunia.
Menurut kelompok ini, arus laut, gempa bumi, dan erosi selama ribuan tahun bisa menghasilkan bentuk seperti tangga dan piramida tanpa campur tangan manusia. Meski begitu, mereka mengakui bahwa hasil akhirnya memang menakjubkan, membuat batas antara “karya alam” dan “karya manusia” menjadi kabur.
4. Daya tarik wisata dan penelitian yang berlanjut

Terlepas dari perdebatan ilmiah, Monumen Yonaguni kini menjadi salah satu tujuan penyelaman paling terkenal di Jepang. Keindahan bawah lautnya dipadukan dengan misteri sejarah menjadikannya daya tarik yang unik. Penyelam dapat melihat formasi batu masif yang menjulang dari dasar laut, sambil dikelilingi ikan-ikan tropis dan arus yang menantang.
Penelitian terhadap situs ini terus dilakukan, dengan harapan menemukan bukti baru yang bisa memperjelas asal-usulnya. Entah terbentuk oleh tangan manusia atau oleh kekuatan alam, Monumen Yonaguni tetap menjadi simbol betapa banyak rahasia bumi yang masih tersembunyi di kedalaman laut.
Demikian ulasan tentang misteri Monumen Yonaguni, reruntuhan bawah laut Jepang yang mirip Piramida.