TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sangeang, Gunung Berapi Aktif di Bima yang Menantang untuk Didaki

Tujuh kali erupsi sepanjang sejarah

Gunung Sangeang di Bima (Google map)

Bima, IDN Times - Gunung Sangeang merupakan salah satu gunung yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Mesti tidak terkenal seperti Gunung Rinjani, namun terdapat sensasi yang berbeda ketika menjajal Gunung Sangeang ini.

Gunung ini merupakan gunung berapi yang masih aktif. Meski demikian, banyak pendaki yang berkunjung ke Bima menyempatkan diri untuk menjajal trek menantang dari gunung ini. Berikut beberapa hal yang wajib diketahui sebelum mendaki Gunung Sangang.

Baca Juga: Siswi SD di Bima Meninggal Dunia di Bekas Galian Tambak Ikan

1. Terdiri dari dua kerucut vulkanik

Ilustrasi Gunung Meletus (Merapi) (IDN Times/Arief Rahmat)

Gunung Sangeang bisa dijumpai di Nusa Tenggara Barat atau NTB tepatnya di Pulau Sangeang yang merupakan bagian dari Kepulauan Sunda Kecil. Pulau Sangeang sendiri terletak di timur laut dari Sumbawa, tepatnya di Laut Flores serta masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bima. 

Sebenarnya Gunung Sangeang jika dilihat tampak indah dengan tampilannya yang megah dan hijau sehingga gunung ini menyajikan tampilan yang enak dipandang mata. Gunung ini terdiri dari dua macam kerucut vulkanik yang megah. 

Kerucut yang pertama pada Gunung Sangeang adalah Doro Api yang memiliki ketinggian 1.949 meter atau sama dengan 6.394 kaki. Sedangkan kerucut kedua bernama Doro Mantoi dengan ketinggian 1.795 meter atau sama dengan 5.889 kaki.

2. Sudah pernah meletus

Ilustrasi gunung meletus. (IDN Times/Sukma Shakti)

Rupanya Gunung Sangeang yang terletak di Kepulauan Sunda Kecil ini merupakan gunung berapi yang bisa dibilang masih aktif sehingga masih bisa erupsi sewaktu-waktu. Bahkan gunung vulkanik yang satu ini dikatakan pula menjadi gunung berapi yang paling aktif.

Jika dilihat berdasarkan catatan sejarah, maka diketahui bahwa gunung ini sudah pernah meletus sebanyak 17 kali. Untuk letusan pertamanya terjadi pada tahun 1512 dan pada tahun 1989 sedangkan letusan terakhirnya terjadi pada tahun 2012 dan 2014 yang lalu. 

Salah satu hal unik yang bisa ditemukan pada gunung ini adalah busur kepulauannya yang bisa dibilang unik karena merupakan hasil pertemuan dari lempeng tektonik Sunda dan Australia. Namun rupanya interaksi antara kedua lempeng tersebut terjadi sedemikian rupa sehingga di sisi utaranya terbentuk back art thrust yaitu sesar Flores di sisi barat dan sesar Alor di sisi timur. 

Baca Juga: Polisi Tangkap Pengedar Sabu saat Patroli Malam di Bima

Berita Terkini Lainnya