10 Fakta AI Terbaru yang Bikin Takjub Sekaligus Bikin Waspada

Tanpa perlu tes laboratorium, AI kini dapat menganalisis suara batuk atau rekaman suara untuk mendeteksi penyakit seperti COVID-19, TBC, hingga Alzheimer dengan akurasi 98,5%. Untuk orang tanpa gejala, AI dalam mengidentifikasi dengan akurasi 100%.

Alat canggih ini dikembangkan oleh peneliti MIT (Institut Teknologi Massachusetts). Mereka mendeteksi COVID-19 dengan mendengarkan perbedaan suara batuk halus dari orang sehat dengan orang yang terinfeksi. Alat ini sudah melalui uji klinis dan sedang dalam tahap meminta persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) sebagai alat skrining.

Di Eropa dan AS, AI yang menganalisis data hukum historis bisa memprediksi hasil putusan hakim. Penelitian yang dilakukan oleh Collenette menemukan bahwa AI dapat memprediksi putusan hakim di Eropa dengan tingkat akurasi yang mencapai 79%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Habernal menemukan bahwa AI dapat digunakan untuk membangun argumen hukum berbasis data kasus sebelumnya, yang dapat membantu hakim dalam mempertimbangkan berbagai aspek hukum dalam pengambilan keputusan.

Model bahasa seperti GPT-4 bisa menghasilkan informasi palsu (berhalusinasi), namun disajikan secara sangat logis. Sehingga pengguna bisa tertipu jika tidak melakukan pengecekan fakta.

Para peneliti dari University of Texas di Austin telah mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI) yang mampu menginterpretasikan dan merekonstruksi pikiran manusia. Hasilnya mengejutkan, bahwa AI bisa merekonstruksi kata-kata atau bahkan gambar kasar dari pikiran seseorang.

Dalam melakukan eksperimen ini, para peneliti menguji beberapa subjek dengan mendengarkan podcast selama berjam-jam sambil mesin fMRI merekam aktivitas otak mereka secara non-invasif. Data yang dihasilkan kemudian digunakan untuk melatih sistem pada pola pikir pengguna tertentu.

Dari rilis pers University of Texas di Austin, AI mampu memperoleh hal-hal yang benar sekitar 50% dari waktu.

Baru-baru ini dalam sebuah eksperimen, dua AI yang dibiarkan berinteraksi menciptakan sebuah sistem komunikasi sendiri yang tidak bisa dipahami manusia. Hal ini membuka pertanyaan lagi soal kontrol dan transparansi pada AI.

Melatih satu model AI besar bisa menghasilkan emisi karbon setara dengan 5 mobil dalam setahun. Ini menimbulkan kekhawatiran soal keberlanjutan teknologi.

Teknologi voice cloning kini bisa membuat tiruan suara seseorang hanya dari beberapa detik audio. Hal ini potensial untuk inovasi dan juga penyalahgunaan (misalnya scam suara).

Dengan AlphaFold dan teknologi sejenis, AI bisa memprediksi struktur protein dan mempercepat desain obat. Dulu butuh bertahun-tahun, kini bisa disimulasikan dalam hitungan menit.

Meski dilatih untuk netral, AI dapat diarahkan untuk menunjukkan bias hanya melalui kata-kata dalam prompt. Ini membuka tantangan besar dalam etika penggunaan AI.

Model seperti AlphaCode 2 mampu menyelesaikan tantangan pemrograman yang hanya bisa dipecahkan oleh 15% top developer. Ini memicu diskusi soal masa depan profesi programmer.

AI bukan lagi soal masa depan, ia sudah hadir dan memengaruhi kehidupan manusia dalam banyak aspek, dari kesehatan hingga hukum. Semakin kita paham fakta-faktanya, semakin siap kita menghadapi peluang dan tantangannya.

Nah itulah 10 fakta AI terbaru yang bikin takjub sekaligus bikin kita waspada.