5 Alasan Mengapa Sering Scrolling TikTok Membuat Kamu Merasa Kosong

Di awal, TikTok terasa menyenangkan, kamu bisa nonton video lucu, inspiratif, atau bahkan belajar hal-hal baru dalam waktu singkat. Tapi setelah satu jam berlalu tanpa sadar, muncul rasa hampa. Kayak ada yang hilang, tapi tidak tahu apa. Kamu pernah merasa begitu?
Fenomena ini bukan cuma kamu yang alami. Banyak orang mengalami sensasi "kosong" setelah scrolling media sosial, khususnya TikTok. Di balik hiburan singkat itu, ada efek psikologis yang terjadi di otak dan hati kita.
Berikut 5 alasan mengapa scrolling TikTok bisa bikin kamu merasa kosong.
1. Ledakan dopamin yang tidak seimbang

Setiap video TikTok memberi otak kamu “hadiah” kecil berupa dopamine, yaitu hormon yang membuat kamu merasa senang. Tapi karena TikTok dirancang untuk memberikan reward cepat, kamu jadi terbiasa dengan lonjakan dopamin instan tanpa usaha.
Masalahnya, ketika otak terus-menerus dibanjiri dopamin tanpa aktivitas bermakna, kita jadi kehilangan rasa puas yang sejati. Setelah sesi scrolling selesai, kadar dopamin menurun drastis, yang mengakibatkan meninggalkan rasa hampa dan kehilangan semangat, ucap Volkow, Koob, dan McLellan dalam jurnal The New England Journal of Medicine.
2. Konsumsi pasif tanpa koneksi emosional

Konten TikTok cepat dan terus berganti, membuat kita jadi konsumen pasif yang hanya menelan informasi tanpa mencerna. Akibatnya, otak bekerja keras untuk memproses banyak hal dalam waktu singkat, tapi tak ada satupun yang benar-benar menyentuh atau terhubung secara emosional.
Przybylski dan Weinstein dalam jurnal Psychological Science, mengatakan hal ini membuat kita merasa “kosong” karena tak ada momen bermakna yang tertinggal. Aktivitas itu menguras energi mental, tapi tidak memberikan kepuasan emosional yang mendalam.
3. Perbandingan sosial yang tidak disadari

Saat melihat orang lain tampil sempurna, produktif, atau bahagia di TikTok, secara tidak sadar kamu mulai membandingkan diri. Meskipun hanya sekilas, paparan terus-menerus terhadap standar hidup yang ideal bisa membuat kita merasa kurang atau tidak cukup.
Chou dan Edge dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, mengatakan perbandingan sosial ini bisa mengikis harga diri dan membuat kita mempertanyakan nilai diri. Padahal, banyak dari yang kita lihat hanyalah potongan kecil yang sudah disunting, bukan realita sepenuhnya.
4. Waktu hilang tanpa kesadaran

TikTok sangat lihai dalam membuat kamu lupa waktu. Efek infinite scroll membuat otak masuk ke mode autopilot. Kamu terus menggeser layar tanpa benar-benar sadar bahwa waktu telah berlalu begitu lama.
Alter dalam bukunya Irresistible: The Rise of Addictive Technology and the Business of Keeping Us Hooked, mengatakan setelah sadar, biasanya muncul perasaan bersalah atau penyesalan karena waktu yang terbuang. Ini menciptakan rasa kosong karena kita tidak merasa melakukan sesuatu yang berarti atau produktif.
5. Kurangnya aktivitas reflektif

Scrolling TikTok jarang memberi ruang untuk berpikir atau merefleksikan diri. Karena kontennya cepat dan penuh stimulasi, kita tidak diberi waktu untuk memahami perasaan sendiri atau merenung. Akibatnya, kamu kehilangan koneksi dengan diri sendiri.
Ketika refleksi dan kesadaran diri hilang, kamu bisa merasa tercerabut dari kehidupan nyata. Inilah yang menimbulkan perasaan hampa, karena kita "ada" secara fisik, tapi mental dan emosional kamu tidak hadir, ungkap Csikszentmihalyi dalam bukunya Flow: The Psychology of Optimal Experience. TikTok memang menyenangkan, tapi jika dikonsumsi berlebihan tanpa kesadaran, bisa berdampak negatif pada kesehatan mental.
Rasa kosong setelah scrolling adalah tanda bahwa tubuh dan pikiran kamu butuh istirahat, bukan dari layar, tapi dari kebisingan mental. Mulai sekarang, coba luangkan waktu untuk aktivitas yang memberi makna lebih, seperti ngobrol dengan teman, jalan sore, atau sekadar duduk diam menyadari napas sendiri.
Itulah 5 alasan mengapa scrolling TikTok bisa bikin kamu merasa kosong.