Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ular laut yang berbisa tapi jinak merupakan daya tarik Pulau Ular di Desa Pai, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. (Foto: Wisata Bima/YouTube)

Bima, IDN Times - Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), tidak hanya terkenal dengan fenomena laut terbelah dua, tetapi juga menyimpan destinasi wisata ekstrem yang memacu adrenalin. Salah satu tempat tersebut adalah Pulau Ular, yang terletak di Desa Pai, Kecamatan Wera.

Pulau kecil ini memiliki luas sekitar 800 meter persegi dan berada di perairan ujung timur Kabupaten Bima. Hanya ada dua pohon kamboja yang tumbuh di pulau ini, dan ribuan ekor ular hitam putih dengan corak belang-belang menghuni setiap sudutnya.

1. Jinak dan tidak berbisa

instagram

Meski jumlahnya banyak, ular-ular di pulau ini tidak berbisa. Hingga kini, belum ada laporan pengunjung yang dipatuk oleh ular-ular tersebut. Banyak wisatawan yang datang ke pulau ini tertarik untuk memegang dan berfoto dengan ular-ular laut yang terkenal jinak itu.

Yang menarik, dari berbagai literatur yang ada, jenis ular yang ditemukan di pulau ini sebenarnya merupakan salah satu spesies berbisa dan memiliki kekuatan bisa yang lebih tinggi dari ular king kobra. Namun, entah bagaimana, di pulau ini ular-ular tersebut tampak jinak dan tidak menunjukkan sifat agresif.

2. Mengambang saat air laut pasang

instagram.com/sisitimur

Jika biasanya ular lebih suka bersembunyi di tempat-tempat tersembunyi, ular-ular di Pulau Ular justru sering terlihat mengambang di sekitar terumbu karang yang ada di pantai. Mereka mencari makan di laut dan beristirahat di daratan pulau, sering kali tergantung di tebing-tebing terjal, menambah daya tarik unik pulau ini.

"Di sekitar pulau, hampir di mana saja bisa ditemukan ular. Tapi ular-ular di sana tidak boleh dibawa pulang, katanya bisa mendatangkan celaka di laut," ujar warga setempat. 

Untuk mencapai Pulau Ular, pengunjung bisa melalui dua jalur, yaitu dari Kecamatan Sape atau dari pusat Kota Bima. Dari pusat kota, perjalanan menuju Desa Pai memakan waktu sekitar dua jam. Setibanya di Desa Pai, pengunjung dapat melanjutkan perjalanan dengan perahu menuju Pulau Ular dengan biaya Rp15 ribu per orang.

3. Ada sumber mata air tawar

ilustrasi air (pexels.com/jill burrow)

Selain keunikan ular-ularnya, Pulau Ular juga memiliki sumber mata air tawar yang berada di pesisir pantai. Mata air yang diberi nama Mada Oi Caba ini muncul saat air laut surut dan akan tenggelam saat air laut pasang. Uniknya, meskipun berada di tepi laut, air yang keluar dari celah tebing ini tetap tawar, seperti air bersih pada umumnya.

4. Ragam mitos tentang pulau ular

google

Pulau Ular juga dikenal dengan berbagai mitos yang belum terpecahkan hingga kini. Menurut cerita warga setempat, pulau ini dulunya adalah sebuah kapal yang memuat Raja Flores dan tentara Belanda saat berperang melawan Kerajaan Bima. Ketika memasuki perairan Wera, kapal tersebut dikutuk oleh Raja Bima, Indra Kumala, dan berubah menjadi sebuah pulau. Tiang kapal berubah menjadi pohon kamboja, sementara awak kapal menjelma menjadi ular-ular yang kini menghuni pulau tersebut.

Versi lain dari cerita ini menyebutkan bahwa ular-ular di pulau ini dulunya adalah penduduk asli Desa Pai yang kemudian berubah menjadi ular jinak. Hingga kini, kisah-kisah tersebut masih menjadi bagian dari daya tarik mistis yang melingkupi Pulau Ular.

Editorial Team