Waspada! Kasus TBC di NTB Capai 11 Ribu, Banyak yang Belum Terdeteksi

Mataram, IDN Times - Dinas Kesehatan Provinsi NTB mengungkapkan penyakit tuberkulosis (TBC) seperti fenomena gunung es. Jumlah kasus TBC yang berhasil ditemukan baru 58 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB yang dirilis pada 18 Februari 2025, jumlah kasus TBC pada 2024 sebanyak 11.273 kasus. Dari jumlah penemuan kasus tersebut, angka keberhasilan pengobatan penyakit TBC di NTB sebesar 88,4 persen.
"Kita untuk treatment coverage-nya itu sudah di angka 58 persen. Artinya, treatment coverage itu adalah kasus TBC yang didapat dan dilakukan treatment, diobati. Itu kasus yang ditemukan baru 58 persen," kata Plh Kepala Dinas Kesehatan NTB Tuti Herawati di Mataram, Sabtu (14/6/2025).
1. Lima kabupaten/kota dengan penemuan kasus TBC terbanyak di NTB

Berdasarkan data 2024, ada lima kabupaten/kota dengan penemuan kasus TBC terbanyak di NTB. Antara lain Lombok Timur sebanyak 2.394 kasus, Kota Mataram 2.036 kasus, Lombok Barat 1.650 kasus, Lombok Tengah 1.434 kasus, dan Sumbawa 1.081 kasus. Sedangkan kabupaten/kota lainnya, seperti Bima 967 kasus, Dompu 646 kasus, Sumbawa Barat 383 kasus, Kota Bima 354 kasus dan Lombok Utara 328 kasus.
Sementara keberhasilan pengobatan TBC di kabupaten/kota bervariasi antara 78,6 persen sampai 97,1 persen. Dengan rincian Lombok Barat 93,2 persen, Lombok Tengah 90,4 persen, Lombok Timur 90,3 persen, Sumbawa 78,6 persen, Dompu 95 persen, Bima 85,7 persen, Sumbawa Barat 96,5 persen, Lombok Utara 89,7 persen, Kota Mataram 81,5 persen, dan Kota Bima 97,1 persen.
Untuk memperbanyak penemuan kasus TBC, Tuti mengatakan pihaknya melakukan skrining dan tracing ke keluarga dan lingkungan pasien TBC. Apalagi dengan adanya program cek kesehatan gratis, salah satu instrumen yang digunakan untuk mendeteksi penyakit menular dan penyakit tidak menular di masyarakat.
"Dengan cek kesehatan gratis itu harapannya bisa tercover penemuan kasus TBC, dari gejala, edukasi dan penanganan. Harapan kita dengan program cek kesehatan gratis ini memperkuat kinerja program untuk mendapatkan kasus TBC," terangnya.
2. Stigma negatif penderita TBC jadi kendala penemuan kasus

Tuti menjelaskan bahwa stigma negatif terhadap penderita TBC menjadi salah satu kendala penemuan kasus di NTB. Penderita TBC malu penyakitnya diketahui orang lain karena adanya stigma negatif di masyarakat.
"Stigma itu salah satu kendalanya. Makanya program kita lebih kepada memastikan kesehatan lingkungan, kemudian prilaku hidup bersih dan sehat, skrining kesehatan secara berkala, itu yang kita lakukan lebih kepada preventif dan promotifnya," jelasnya.
Direktur RSUD Provinsi NTB dr. Lalu Herman Mahaputra mengatakan kasus TBC di NTB seperti gunung es. Dia mengatakan masih banyak kasus TBC yang belum ditemukan. Bahkan, pria yang biasa disapa Dokter Jack ini, mengatakan penyakit TBC lebih ekstrem dari COVID-19.
"Sebenarnya penyakit TBC ink bisa sembuh, asal pasien itu rajin minum obat. Banyak pasien yang drop out karena tidak bisa disalahkan juga, varian dan jenis obat yang dikonsumsi penderita TBC ini banyak. Sehingga mereka enggan dan banyak efek samping seperti pusing, mual dan sebagainya," tuturnya.
Menurutnya, asalkan pasien TBC minum obat maka pasti akan sembuh. "Jumlah penderita TBC ini seperti fenomena gunung es yang sewaktu-waktu bisa meledak," kata Dokter Jack.
3. Usulkan bangun rumah sakit paru

Dia mengusulkan ke depan NTB dibangun Rumah Sakit Paru. Menurutnya, ini menjadi salah satu solusi untuk penanganan penyakit TBC di NTB.
Dokter Jack mengatakan penyakit TBC memang berbahaya karena cepat menular. Namun, jika kondisi tubuh sehat, maka kecil kemungkinan terkena penularan penyakit TBC. Dia mengungkapkan kondisi yang terjadi di masyarakat bahwa banyak penderita TBC yang meremehkan penyakit ini.
Mereka malas berobat dan kontrol kesehatan ke fasilitas layanan kesehatan. "Saya pikir ke depan TBC ini bisa menjadi perhatian dari kepala daerah, dengan menghadirkan satu rumah sakit khusus untuk paru. Dan nanti semua pengobatan pasiennya itu terintegrasi. Semuanya diarahkan ke situ," ujarnya
Dia mengatakan NTB cukup layak untuk mendirikan Rumah Sakit Paru. Karena telah didukung tenaga kesehatan terutama dokter spesialis paru yang berjumlah lima orang di RSUD NTB. "Kita berharap dari ini kita bisa menurunkan angka pengidap TBC. Dengan adanya rumah sakit ini bisa lebih maksimal penanganan TBC ini," tandasnya.