Empat senior yang menyiksa empat terdakwa pada 29 dan 30 Juli 2025. (IDN Times/Putra Bali Mula)
Prada Richard mengaku telah disiksa dengan Prada Lucky sejak malam 27 Juli 2025 di ruang staf intel oleh 17 terdakwa secara bergantian. Lettu Inf Ahmad Faisal, seorang komandan kompi, juga membiarkan mereka disiksa.
Paginya, 28 Juli 2025, Prada Lucky kabur dan ia pun dibawa ke ruangan penyimpanan dan diborgol sejak jam 09.00 WITA hingga malam. Di sana itu mengalami berbagai siksaan. Ia dipertemukan dengan Lucky di ruang staf intel lagi pada malam harinya. Mereka lalu disiksa dengan metode 'tenggelam di darat' oleh Achmad Thariq Al Qindi Singajuru, selaku komandan kompi B, bersama senior lainnya.
Mereka lalu dibawa ke ruang jaga, 29 Juli 2025, dan lanjut disiksa oleh Pratu Imanuel Nimrot. Saat itu Pratu Aprianto Rede Radja melintas saat hendak membeli rokok namun masuk ke ruang jaga. Ia lalu menyiksa kedua korban sejak pukul 15.00 WITA mulai dengan hanger besi hingga ditinju berulang-ulang.
Tak puas, Aprianto memerintahkan salah satu juniornya menghaluskan cabai dengan garam dan minyak gosok. Cabai itu dioleskan dengan batu ke luka-luka yang ada di tubuh kedua prada ini.
"Siap, pakai batu. Batu kotor dari sekitar situ. Itu pakai oles cabai di luka kami," cerita Richard kepada majelis hakim.
Prada Richard mengaku Aprianto menyundutkan lagi api rokok ke beberapa bagian tubuhnya dan Prada Lucky. Ia dipermainkan demikian setelah dioleskan cabai yang sudah dicampur garam dan minyak gosok di tubuhnya yang luka menggunakan batu. Ia merasakan pedih hingga suhu tubuhnya naik dan menggigil. Prada Lucky juga mengalami hal serupa, tubuhnya dilumuri cabai yang sudah dicampur itu hingga lemas.
Para saksi juga melihat Aprianto Rede Radja menyundut api rokok ke punggung, tengkuk dan paha dari kedua prada ini. Setelah puas, ia memerintahkan juniornya lagi untuk membuat teh dan ia pergi untuk merokok.
"Setelah itu dia keluar terus kasih tahu bilang malamnya dia akan dateng lagi," ulang Richard.
Tubuh mereka langsung mengalami menggigil. Ia merasakan suhu tubuhnya yang makin panas. Mereka sempat meminta tolong saat disiksa Aprianto tapi tak ada yang menolong mereka.