Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20251002_161437_392.jpg
Kain tenun Kre Alang asal Sumbawa yang sudah berusia ratusan tahun dipamerkan di Museum MotoGP Mandalika 2025. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Lombok Tengah, IDN Times - Dua kain tenun asal Bima dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), mejeng di Museum MotoGP Mandalika 2025. Dua kain tenun itu adalah Tembe Nggoli asal Bima dan Kre Alang asal Sumbawa, sudah berusia ratusan tahun.

Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam menjelaskan Museum NTB menampilkan miniatur tiga dimensi letusan Gunung Samalas-Rinjani dan Tambora, Kain khas Bima bernama Tembe Nggoli, Kre Alang khas Sumbawa, Arca Siwa Mahadewa, hingga naskah Babat Lombok yang menceritakan letusan Gunung Samalas pada abad ke-13.

Pameran yang berlangsung pada 2-5 Oktober 2025 tersebut, Museum NTB ingin menunjukan bahwa Lombok dan Sumbawa tidak hanya memiliki keindahan alam, tetapi juga kekayaan budaya yang mendalam.

"Kain khas Tembe Nggoli dan Kreatif Alang rata-rata dibuat pada abad ke-19. Karena dari sisi keterampilan, tekniknya sudah sangat langka. Kemungkinan besar metode membuatnya selain ditenun juga disulam juga ditempel. Ini letak keunikannya. Kalau sekarang rata-rata ditenun saja," kata Nuralam, Jumat (3/10/2025).

1. Kain yang digunakan para bangsawan dan keluarga kerajaan

Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kain Tembe Nggoli dengan motif stilisasi Nggusuwaru Asal Bima diiperkirakan sekitar tahun 1680-1951. Tembe Nggoli atau sarung songket terbuat dari bahan benang katun dan benang perak dengan corak kotak-kotak ditenun dengan teknik pelekat.

Pada kepala kain disongket dengan benang perak motif stilisasi Nggusuwaru. Nggusuwaru adalah motif hias bunga bersegi delapan. Bunga bersegi delapan mengandung makna delapan unsur tanggung jawab seorang pemimpin pada suku Mbojo di Nusa Tenggara Barat. Kain ini digunakan oleh para bangsawan.

Sedangkan Kre Alang merupakan kain tenun dengan motif lonto engal dan cepa Asal Sumbawa yang diperkirakan sekitar tahun 1850-1964. Kain terbuat dari benang katun dan disulam dengan benang perak tahan uji. Kain dihias dengan motif lonto engal dan cepa.

Lonto engal adalah ornamen yang selalu menjalar, meliuk-liuk sebagai simbol komunitas, kebersamaan, dan kegotong-royongan. Kain ini pakai oleh keluarga Kesultanan Sumbawa pada saat upacara adat. "Dua-duanya kita pamerkan karena kemarin sudah kita bawa ke Jeddah. Kita ingin memperlihatkan kepada masyarakat ini salah satu keunggulan yang dimiliki NTB," jelas Nuralam.

2. Perkenalkan sisi lain NTB di ajang MotoGP

Wisatawan asing mengunjungi Museum MotoGP Mandalika 2025. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Museum itu diresmikan Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal dan CEO Dorna Sport Carmelo Ezpeleta pada Kamis (2/10/2025). Museum itu menjadi pusat peradaban dan budaya yang digagas untuk memperkuat identitas daerah sekaligus mendukung promosi pariwisata berkelanjutan di tengah euforia MotoGP Mandalika 2025.

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengatakan museum yang berada di Mandalika bukan hanya sebagai etalase benda bersejarah, melainkan juga sebagai ruang edukasi, dialog budaya, dan wahana promosi pariwisata dunia. Di tengah euforia MotoGP, kata Iqbal, Pemprov NTB ingin memperkenalkan sisi lain NTB sepeti kekayaan sejarah, seni, dan budaya yang menjadi fondasi peradaban.

"Melalui museum ini, dunia dapat mengenal NTB lebih dalam, tidak hanya sebagai tuan rumah ajang olahraga internasional, tetapi juga sebagai rumah dari warisan peradaban yang luhur,” kata Iqbal.

3. Mendekatkan kebudayaan dengan masyarakat

Museum MotoGP Mandalika 2025. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Menurutnya, efek konkret dari menghadirkan museum dalam ajang MotoGP 2025 adalah mendekatkan kebudayaan dengan masyarakat sekaligus membangun rasa memiliki terhadap Mandalika. Karena sejak Mandalika dibangun, dampak positifnya memang harus dirasakan langsung oleh masyarakat NTB.

“Saya sudah konfirmasi ke Dorna, dan mereka memastikan bahwa museum seperti ini hanya ada di Mandalika. Tidak ada di tempat lain," ungkapnya.

Kehadiran museum ini masih bersifat uji coba dengan menampilkan sebagian koleksi dari Museum Negeri NTB. Ke depan, pihaknya akan mengevaluasi dan kemungkinan untuk menjadikannya museum permanen di kawasan Mandalika.

“Sekarang kan tiap minggu ada kegiatan di sirkuit ini, jadi orang yang datang di kegiatan-kegiatan tersebut bisa ikut menikmati museum ini nanti," tandasnya.

Editorial Team