Siswa Sekolah Lain Kompak Tolak MBG Usai Keracunan di SMP 8 Kupang

Kupang, IDN Times - Kepala Dinas Pendidikan Kota Kupang, Dumuliahi Djami, menyebut siswa-siswi SMPN 5 Kota Kupang kompak menolak pemberian makanan bergizi gratis (MBG). Penolakan ini disampaikan langsung ke pihak sekolah oleh para siswa sendiri, Rabu pagi (23/7/2025).
"Ada sekolah yang menolak. SMP 5 itu menolak. Bukan gurunya tapi siswanya, katanya trauma dan mulai hari ini mereka tidak makan MBG," ujar Dumul saat ditemui di kantornya pagi itu.
Penolakan para siswa ini imbas keracunan massal para siswa SMPN 8 Kota Kupang yang sampai dilarikan ke berbagai rumah sakit, Selasa kemarin (22/7/2025). Sebagian sudah boleh pulang, sementara sebagian lagi masih dirawat.
1. Satu SPPG yang sama

Dumul menyampaikan SMPN 5 dan SMPN 8 Kota Kupang mendapat MBG dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sama. SPPG ini ialah Dapur Kelapa Lima 1 yang beralamat di Jalan Sam Ratulangi IV No 5 Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang.
Ia menyebut tak ada kasus yang terjadi di SMP 5 pada hari yang sama. Namun para siswa terlanjur takut akan terjadi hal serupa kepada mereka. Dumul sendiri menegaskan pihaknya belum bisa memvonis MBG ini menjadi penyebab keracunan di SMP 8.
"Kita jangan terlalu buru-buru memvonis ini dari MBG. Kita jangan buru-buru untuk hentikan atau jalan, sebaiknya kita koordinasikan dulu dengan pihak terkait," tukasnya.
2. Ramai-ramai tolak saat apel pagi

Kepala SMPN 5 Kota Kupang, Ferderik Mira Tade, secara terpisah membenarkan informasi ini. Ia menyebut pihak sekolah sudah berusaha menenangkan anak-anak dan orang tua. Namun tetap saja anak-anak takut keracunan di SMPN 8 Kota Kupang terjadi kepada mereka.
Ia menyebut penolakan terhadap MBG ini terjadi saat apel pagi, sekitar pukul 07.00 WITA. Apel saat itu dihadiri sekitar 900 dari total seribu siswa di sekolah ini. Mereka kompak dan beramai-ramai menolak MBG.
"Semuanya sepakat, tunjuk tangan, tidak mau terima makan gratis hari ini karena mereka takut jangan sampai keracunan seperti teman-teman mereka di SMP 8," ujarnya.
3. Pulangkan anak lebih cepat

Ia pun memaklumi keputusan para siswa sehingga menghubungi SPPG terkait agar tidak melanjutkan distribusi. Biasanya para siswa sekolah ini menyantap MBG pukul 09.00 WITA.
"Fatal kalau saya memaksakan anak-anak padahal mereka sudah menolak tidak mau makan," imbuhnya.
Pihak sekolah pun memulangkan anak-anak lebih cepat dari jam biasanya sebab banyak anak-anak yang tak makan saat ke sekolah. Ia sendiri belum tahu sampai kapan penolakan terhadap MBG ini akan terus dilakukan para siswa. Pihak sekolah sampai dengan saat ini masih berkoordinasi dengan para orang tua murid terkait kelanjutan penolakan ini.
MBG di SMP 5 sendiri sudah berjalan sejak Februari 2025. Pernah dua kali ditemukan makanan yang kurang layak namun pihak sekolah segera menukarkan lagi ke SPPG.
"Kami sendiri maunya ini tetap berjalan karena selama ini anak-anak juga terbantu," tandasnya.