Sejarah Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak bisa dilepaskan dari peristiwa masuknya Islam ke pulau Lombok (sekarang provinsi NTB) sebagai bentuk melakukan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara.
Dalam Babad Lombok yang dibukukan oleh Alfons van Der Kraan dengan judul "Lombok, Penaklukkan, Penjajahan dan Keterbelakangan 1870-1940", Sunan Prapen, yang merupakan cucu Sunan Giri, dari Susuhunan Ratu Giri di Gresik disebut sebagai orang yang menyebarkan Islam di wilayah Lombok.
Sunan Prapen diutus oleh ayahnya, Sunan Giri II/Sunan Dalem, dalam sebuah misi untuk menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di timur nusantara. Lembu Mangkurat dikirim ke Banjarmasin, Datu Bandan dikirim ke Makassar, Tidore, Seram dan Galea. Sedangkan Sunan Prapen dikirim ke Bali, Lombok dan Sumbawa.
Akan tetapi, proses islamisasi NTB yang dilakukan Sunan Prapen tidak langsung membuahkan hasil. Menurut David Harnish dalam "Between Harmony and Discrimination: Negotiating Religious Identities within Majority-Minority Relationship in Bali and Lombok", banyak masyarakat asli yang kembali ke kepercayaan lamanya ketika Sunan Prapen kembali ke Bali lalu ke Jawa. Kekosongan pemimpin agama sekaliber Sunan Prapen, menurut Harnish, menjadi penyebabnya.