Krisis Air, Petani di Lotim Mengairi Tanaman Tembakau Pakai Es Balok

Memilih menggunakan es balok karena lebih efisien

Lombok Timur, IDN Times - Musim kemarau menyebabkan sebagian wilayah Lombok Timur (Lotim) mengalami krisis air. Dampaknya menyebabkan petani kesulitan untuk mendapatkan air untuk mengairi tanaman mereka.

Wilayah kecamatan Jerowaru Kabupaten Lotim merupakan yang paling terdampak. Di wilayah ini petani sebagian besar menanam budidaya tanaman tembakau Virginia. Untuk bisa menanam dan menghidupi tanaman tembakaunya, mereka harus berjuang keras mencari air. Mereka bahkan berinisiatif menggunakan es balok untuk mengairi tanaman tembakaunya.

1. Menggunakan es balok

Krisis Air, Petani di Lotim Mengairi Tanaman Tembakau Pakai Es BalokPetani saat memasukkan pecahan es batu ke lubang tanah (IDN Times/Ruhaili)

Para petani terpaksa menggunakan es batu balok sebagai alternatif. Karena sulitnya mendapatkan air untuk menanam dan menghidupi tanaman tembakau mereka.

Noviana salah satunya, salah seorang petani tembakau di Dusun Sagik Mateng Desa Pena kecamatan Jeroaru Lotim ini mengaku terpaksa menggunakan es batu untuk menanam tembakau karna krisis air akibat kekeringan yang melanda wilayahnya.

Ia terpaksa membeli ratusan balok es untuk membasahi tiap lubang tempat akan menanam tembakau di lahan 27 are miliknya.  Untuk mengairi lahan tempat menanam, ia mengaku membeli es balok dengan harga Rp15 ribu per balok. Lahan seluas 27 are tersebut menghabiskan sebanyak 200 balok es. 

"Balok es kita pecah menjadi bagian kecil, Lalu es batu yang sudah dipecah dimasukkan ke lubang tanam bibit tembakau," tuturnya.

Hal serupa juga diakui Hamdi, ia terpaksa membeli ratusan es batu langsung dari pabriknya di Jerowaru untuk untuk menanam tembakau karna kekurangan air.

"Untuk 30 are itu, saya sudah keluarkan atau beli es balok itu 200 balok, itu pun kalau tanahnya sudah mencair, kalau tidak ya kita beli es balok lagi," tutur Hamdi.

Ia mengakui, bercocok tanam dengan menggunakan es batu tidak mudah karna airnya sedikit, tapi terpaksa dilakukan karna memang di tempatnya kekurangan air akibat kekeringan. 

"Jarak dua hari, kita siram lagi pakai air biar bisa hidup", ujarnya. 

Baca Juga: Kasus Ponpes Al Aziziyah, Pj Gubernur NTB: Serahkan pada Proses Hukum 

2. Sebagian membeli air menggunakan tanki

Krisis Air, Petani di Lotim Mengairi Tanaman Tembakau Pakai Es BalokPetani saat melakukan penyiraman tanaman tembakau (IDN Times/Ruhaili)

Bagi petani yang memiliki modal lebih banyak, lebih memilih untuk membeli air menggunakan mobil tangki. Zaidun salah satunya, ia menuturkan membeli satu tangki air muatan 5 ribu liter seharga Rp170-200 ribu, tergantung jarak ke lokasi. 

"Kalau tanam 1 hektare itu, kita butuh 30 tangki, itu belum untuk air saat pemupukan, satu kali pemupukan cair butuh satu tangki lagi," imbuhnya.

Zaidun mengaku krisis air akibat kekeringan terjadi sejak tiga bulan lalu. Bahkan tanaman padi petani sebelumnya sebagian besar gagal panen karena memang tidak ada air padahal tanaman padi butuh air banyak. 

"Semoga ke depan air lancar, dan moga ada perhatian dari pemerintah untuk petani seperti kami ini", tutup Zaidun. 

3. Menggunakan es balok lebih efisien

Krisis Air, Petani di Lotim Mengairi Tanaman Tembakau Pakai Es BalokEs batu untuk persiapan tanam tembakau (IDN Times/Ruhaili)

Amaq Neneng salah seorang staf pemerintah desa Pena mengatakan, kekeringan tahun ini lebih parah daripada tahun sebelumnya. Kondisi ini menyebabkan petani mengeluarkan biaya lebih besar. Kondisi tersebut diperparah dengan harga pupuk yang mahal.

Dijelaskan Neneng, penggunaan es balok batu dilakukan petani sejak tahun 2018 lalu, karena lebih efisien dari pada membeli air menggunakan mobil tanki. Dari pengalaman petani, pertumbuhan tanaman tembakau menggunakan es batu lebih baik.

Lanjut Neneng, 1 hektare membutuhkan 50 sampai 60 balok es batu, dengan harga Rp15 ribu per satu balok. . 

"Ada petani, pakai es batu bisa bangun dua rumah, karna pakai es batu memang efesien dari pada beli air menggunakan mobil tanki, lebih efisien 60 persen," imbuhnya.

Karena persoalan kekeringan ini, belasan hektar dari total 300 hektare lahan pertanian di Desa ini tidak bisa menanam tembakau karna tidak ada biaya beli air.

"Banyak petani disini tidak menanam tembakau, karena enggak ada biaya," tutupnya.

Baca Juga: Dukung Ikbal-Dinda di Pilgub NTB, Eks Wali Kota Bima: Pasangan Ideal!

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya