Kisah Guru Honorer di Pulau Maringkik, Perahu Pernah Terbalik di Laut

Sudah mengabdi selama 16 tahun

Lombok Timur, IDN Times -  Cerita pilu guru honorer dalam menjalankan tugasnya untuk mendidik anak bangsa ternyata masih terjadi di negeri ini. Demi menjalankan pekerjaan mulia itu, mereka harus rela bertaruh nyawa untuk bisa sampai ke sekolah yang letaknya berada di pulau terluar. 

Hal itu dialami oleh Erni Srianti (37), guru honorer yang mengajar di pulau terluar Lombok Timur (Lotim) yaitu di SDN 1 Satu Atap Pulau Maringkik, Kecamatan Keruak. Setiap pagi pada pukul 07.15 WITA, Erni berangkat mengajar dengan menaiki perahu ke sekolah dengan waktu tempuh 15-20 menit.

1. Sudah dijalani selama 16 tahun

Kisah Guru Honorer di Pulau Maringkik, Perahu Pernah Terbalik di LautErni bersama dengan rekan gurunya, saat menuju ke Sekolah (IDN Times/Ruhaili)

Aktivitas mengajar sebagai guru honorer telah dijalani Erni selama 16 tahun, sejak diterima menjadi guru tahun 2008 lalu. Setiap hari, Erni berangkat mengajar dari rumahnya di Desa Montong Belai Kecamatan Keruak.

Setiap pagi mereka pergi ke sekolah menyusuri laut. Ia tetap mengajar, meski kerap menghadapi cuaca ekstrem di tengah jalan. Bahkan pernah mengalami kecelakaan tragis, karena perahu yang ditumpangi terbalik. 

"Kejadiannya waktu itu tahun 2013 dan 2014 karna cuaca buruk. Beruntung kita masih selamat," tuturnya. 

Lika-liku perjuangan Erni sebagai guru honorer mengajar di pulau terluar penuh tantangan. Awal mengajar hanya dibayar Rp100 ribu per tiga bulan. Honor yang diterima baru meningkat setelah mendapat Surat Keputusan (SK) Bupati Lotim tahun 2019 lalu. 

"Kalau dari gaji jauh dari cukup, tapi ya tetap kita syukuri," ujarnya.

Baca Juga: NTB Siapkan Kawasan Industri Halal Dukung KEK Mandalika

2. Berharap diangkat jadi PPPK

Kisah Guru Honorer di Pulau Maringkik, Perahu Pernah Terbalik di LautErny saat turun dari perahu menuju ke sekolah (IDN Times/Ruhaili)

Erni merupakan perempuan tangguh. Ia merupakan seorang kepala keluarga setelah berpisah dengan suaminya sejak tahun 2016. Kini ia berjuang sendiri menghidupi kedua putrinya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia harus banting tulang. Dari jualan kue di sekolah hingga kerja serabutan. 

"Untuk kebutuhan dapur dan anak sekolah, sempat saya jualan kue di sekolah tapi berhenti dan sekarang kerja serabutan nyetrika pakaian, itu pun jika ada tetangga yang butuh bantuan," sebutnya. 

Dia berharap para guru, terutama guru honorer seperti dirinya mendapat perhatian dari pemerintah terutama dari aspek kesejahteraan. Ia mengaku pernah mencoba keberuntungan mengikuti beberapa kali tes PPPK, tapi tidak lulus.

Kini, Erni masih menunggu perpanjangan SK Bupati karna SK 2023 sudah berakhir dan sejatinya tetap diperpanjang setiap tahun. 

"Ya moga bisa cepat keluarlah, dan semoga kedepan, guru honorer di pulau terluar seperti saya ini kesejahteraan bisa diperhatikan, dan mendapatkan keistimewaan diangkat menjadi PPPK," imbuhnya.

3. Tidak ada keistimewaan bagi guru honorer tertentu

Kisah Guru Honorer di Pulau Maringkik, Perahu Pernah Terbalik di LautKepala BKPSDM Lotim, Mugni (Facebook BKPSDM Lotim)

Menanggapi kisa pilu Erni, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Lombok Timur, H Mugni, mengatakan tidak ada keistimewaan bagi tenaga honorer tertentu dalam seleksi PPPK. Termasuk honorer yang sudah mati-matian mengabdi, maupun yang mengabdi di daerah-daerah terluar atupun terpencil.

Selain itu, lanjut Mugni, tidak terdapat jalur jalur khusus dalam pengangkatan tenaga PPPK maupun ASN di Lombok Timur karena bukan termasuk daerah Tertinggal, Terluar, dan Terpencil (3T).

"Kita Lotim tidak masuk kategori 3T, jadi tidak ada afirmasi dalam pengadaan ASN, jadi tetap persaingan terbuka dan bebas," kata Mugni.

Baca Juga: Angka Kemiskinan Lotim Semakin Parah, Jumlahnya Meningkat 8.566 Jiwa

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya