Ilustrasi tanaman jagung (dok. Istimewa)
Kondisi tanaman jagung yang mengalami kerusakan ini berdampak pada menurunnya tingkat produktivitas lahan jagung. Pada kondisi normal, produksi bisa mencapai 10-12 ton, namun kini diperkirakan hanya 5-6 ton per hektare. Sehingga jika dihitung secara keseluruhan, produksi jagung tahun ini akan berkurang sekitar 12 ribu ton.
Berkurangnya jumlah produksi tersebut akan berdampak pada ketersediaan stok dan harga jagung. Guna menjaga ketersediaan jagung ini, pihaknya akan memanfaatkan wilayah potensial seperti Pringgabaya dan Sambelia untuk menanam jagung.
"Wilayah Utara Lotim ini diketahui mulai tanam belakangan. Kalau pun ada yang sudah tanam, ada sumur bor juga yang bisa selamatkan," terangnya.
H. Badarudin mengatakan bahwa dalam mengantisipasi persoalan ini, pihaknya sudah bertemu dengan petani jagung di wilayah Jerowaru. Tujuannya guna melakukan pendekatan dan mencari alternatif agar tidak terjadi gagal panen. Salah satunya ditangani menggunakan pompa air.
"Karena lahan di perbukitan, tidak ada upaya lain, kalau harapkan air agak susah karena tak ada sumber karena semua areal merupakan tadah hujan," ucapnya.
Ia mengatakan bahwa Pemerintah siap memberikan bantuan bibit jagung dari bantuan cadangan benih nasional, jika petani ingin menanam ulang. Akan tetapi, petani menolak dan lebih memilih menanam tembakau dengan harapan bisa mengganti kerugian tanam jagung yang gagal.
"Yang gagal, siap kita bantu benih namun petani khawatir gagal lagi sehingga tak mau tanam jagung musim tanam ini, tetapi kita akan berikan bantuan bibit pada musim berikutnya," pungkasnya.