Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua Badan Koordinasi HMI Bali Nusa Tenggara Caca Handika.
Ketua Badan Koordinasi HMI Bali Nusa Tenggara Caca Handika. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Perguruan Tinggi Swasta (PTS) masih menjadi pilihan kedua calon mahasiswa di Nusa Tenggara Barat (NTB). Setiap pembukaan penerimaan mahasiswa baru (PMB), calon mahasiswa lebih banyak menyerbu Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Jika gagal masuk kampus negeri, calon mahasiswa kemudian mendaftar ke kampus swasta. Ketua Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bali Nusa Tenggara Caca Handika mengungkapkan penyebab calon mahasiswa masih menjadikan kampus swasta menjadi pilihan kedua.

"Kalau kita bandingkan kampus swasta dan kampus negeri memang mahasiswa lebih minat masuk di kampus negeri. Karena kampus swasta memang kurang fasilitas yang memadai," kata Andika saat berbincang dengan IDN Times, Sabtu (27/9/2025).

1. Dua kampus negeri yang diburu calon mahasiswa di NTB

Gedung Rektorat Universitas Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dua kampus negeri yang diburu calon mahasiswa setiap tahun ajaran baru di NTB adalah Universitas Mataram (Unram) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Kedua kampus negeri itu berada di ibukota provinsi NTB yaitu Kota Mataram.

Berdasarkan data, total mahasiswa Unram saat ini sebanyak 26.155 orang. Unram memiliki sebanyak 1.339 dosen, 86 guru besar dan 1.583 tenaga kependidikan. Sedangkan UIN Mataram memiliki mahasiswa sebanyak 13.035 orang, 466 dosen, 65 guru besar dan 189 staf atau tenaga kependidikan.

Data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah pada 2024, jumlah perguruan tinggi baik negeri dan swasta sebanyak 111 kampus. Perguruan tinggi tersebut terdiri dari Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.

Secara terperinci, kampus swasta sebanyak 104, sedangkan kampus negeri sebanyak 7. Tujuh kampus negeri tersebut 6 di Kota Mataram dan satu di Lombok Tengah. Secara keseluruhan, kampus negeri dan swasta terbanyak berada di Kota Mataram.

2. Kampus swasta perlu jadi perhatian pemerintah

ilustrasi mahasiswa (pexels.com/Ivan Samkov)

Menurut Andika, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti) perlu memberikan perhatian pada kampus swasta terutama dari sisi fasilitas dan sumber daya manusia. Sehingga mutu dan kualitas kampus swasta dan negeri tidak jomplang.

Andika mengungkapkan calon mahasiswa dari Pulau Sumbawa seperti Bima dan Dompu cenderung memilih kuliah di Kota Mataram padahal, di Bima dan Dompu ada perguruan tinggi swasta. Karena menurutnya, fasilitas yang dimiliki kampus di Kota Mataram jauh lebih memadai.

"Karena memang kampus swasta itu kurang fasilitas yang memadai sehingga mahasiswa lebih memilih kuliah di kampus negeri. Karena fasilitas di kampus negeri cukup memadai. Artinya, ini yang mesti didorong oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di kampus swasta. Sehingga kampus swasta dan kampus negeri tidak jauh berbeda fasilitas dan pelayanannya terhadap mahasiswa," ujarnya.

Dia menggarisbawahi perlunya pemerataan kualitas pendidikan di perguruan tinggi negeri dan swasta. Salah satu dengan pemerataan fasilitas di perguruan tinggi.

"Saya yakin ketika fasilitas kampus swasta juga memadai, pasti mahasiswa akan berminat kuliah di kampus swasta. Karena sejatinya dunia pendidikan kampus itu sama saja sebetulnya. Hanya berbeda antara negeri dan swastanya. Kalau mata kuliah dan sebagainya sama saja," tambahnya.

3. Perlu pembatasan kuota mahasiswa PTN

Ilustrasi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. (dok. Undip)

Di sisi lain, Andika mendorong perlunya pembatasan kuota maksimal calon mahasiswa di kampus negeri. Kampus negeri jangan menerima mahasiswa baru secara jor-joran, yang melebihi kapasitas kampus. Sehingga hal itu yang membuat kampus swasta kekurangan mahasiswa baru.

"Paling tidak, pemerintah menyiapkan fasilitas yang memadai supaya tidak ada batasan memilih kampus mana mereka masuk. Karena tanggungjawab negara meningkatkan kualitas pendidikan tinggi baik negeri dan swasta," kata Andika.

Andika juga menyoroti soal kampus swasta yang menjadi tempat loncatan mahasiswa supaya cepat mendapatkan ijazah. Dia mengatakan kadang-kadang mahasiswa yang tidak selesai-selesai kuliah di kampus negeri, pindah ke kampus swasta demi mendapatkan ijazah.

"Itu berpengaruh ke kualitas pendidikan tinggi. Ketika selesai kuliah mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan. Karena prosesnya yang instan, yang penting dapat ijazah tanpa melalui proses panjang perkuliahan," tandasnya.

Editorial Team