Pin resmi KTT G20 yang dibuat UMKM dari Lombok. (dok. Diskominfotik NTB)
Riana menambahkan, dirinya memulai usaha sejak tahun 2000 dengan 30 perajin di Desa Ungga, Lombok Tengah. Usahanya sempat terdampak pandemik COVID-19, dan para perajin mengundurkan diri dan bekerja serabutan.
Saat ini, ada 15 perajin yang bekerja di Lombok Pearls. Riana mengaku semakin percaya diri dengan kemampuan dan kualitas produk yang dihasilkan terutama para perajin binaannya. "UKM kita hanya perlu menjaga kualitas dan rajin mengikuti event terutama di Jakarta sebagai pintu," ujar Riana.
Riana yakin pasar akan selalu terbuka lebar bagi UKM NTB dan bersaing dengan kreativitas dan kualitas. Salah seorang perajin perak Desa Ungga, Kahar (52) mengaku bangga produk yang dihasilkan dipakai oleh pejabat negara di KTT G20.
Kahar menekuni profesinya sejak 1990. Ia mengaku cukup berhati-hati dalam proses pengerjaan pin resmi KTT G20 ini. Karena sesuai ketentuan, desain motif, dimensi panjang dan lebar serta presisi berat harus sesuai dan tepat.
"Walaupun tinggal di desa, tapi karya bersaing global," kata Kahar bangga.