Mengulas waktu dua tahun silam, kehidupan Gondrong terbilang berkecukupan. Untuk uang jajan anaknya dalam sehari saja bisa sampai Rp50.000.
Selain pemenuhan kebutuhan uang saku anaknya yang baru duduk di kelas 1 SDN itu, uang belanja untuk kebutuhan sehari-hari tidak kurang dari Rp200 ribu.
"Dulu kan, belum gaji saya, ditambah gaji istri, iya bisa sampai Rp10 juta dalam sebulan," katanya.
Namun setelah tahun 2020, pola hidup dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari Gondrong bersama keluarganya dipangkas. Sebab pemasukan yang tidak menentu dan pekerjaan yang serabutan membuat keuangannya menjadi tidak stabil.
"Terpaksa saya pangkas. Sekarang anak kedua saya lahir. Jadi saya harus pangkas kebutuhan sehari-hari. Yang tadi Rp200.000 perhari, sekarang jadi Rp50.000, itu pun kalau banyak cilok yang laku," tuturnya.
Pandemi COVID-19 membuat pola hidup Gondrong sangat terdampak. Semestinya setoran rumah subsidi yang dia cicil harus dibayar tiap bulan, kini dia harus mengajukan relaksasi setoran rumah dalam jangka waktu 2 tahun.
Sejak awal tahun 2020 lalu, dia sama sekali tidak membayar setoran rumah karena telah mengajukan surat permohonan relaksasi ke perusahaan BTN Sigar Penyalin Pemenang Lombok Utara.
"Sekarang ini mau 2022. Besok sudah harus setor. Kan waktunya sudah dua tahun," katanya.
"Saya bingung sekarang hasil jualan cilok saja boro-boro dapat Rp2 juta. Mana rumah harus disetor kan. Setoran rumah kan harus saya siapkan Rp1 juta dalam sebulan".