Lanjut Azmy, omzet penjualan stroberi musim ini, menurun drastis, padahal harga stroberi di tingkat petani dan pengecer naik 30 persen di bandingkan tahun 2022 lalu.
Harga buah stroberi untuk wisata petik kini naik menjadi Rp 50-60 ribu per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 35 ribu. Sementara untuk stroberi yang dijual eceran di bantaran lapak jalan raya Sembalun naik Rp 25 ribu per mika dari sebelumnya Rp 15 ribu per mika.
“Meski harga naik tapi omset kita menurun jauh jika dibandingkan tahun kemarin saat libur lebaran dan libur panjang. Karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Sembalun mencari stroberi,” ujarnya.
Hal yang sama di alami oleh Amaq Key yang menjadi penjual stroberi. Di mana musim ramai seperti hari lebaran dan tahun baru ia sangat kesulitan mendapatkan stroberi untuk dijual di lapak miliknya.
Untuk bisa mendapatkan stroberi harus rebutan sama penjual lainnya di petani. Sehingga untuk mendapatkan buah stroberi ini, harus memesan terlebih dahulu.
“Kalau sekarang hasil panen petani menurun, berimbas ke kita juga sebagai pedagang stroberi. Ya buahnya banyak yang busuk, karena kena air hujan, kalau stroberi kan nggak boleh kena banyak air,” pungkasnya.