Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Expo Nusantara di Halaman Stadion Oepoi (Istimewa)

Kupang, IDN Times – Toleransi antarumat beragama adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap orang di Indonesia. Semboyan Bhineka Tunggal Ika harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak terkecuali bagi masyarakat di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menggelar Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani).

 “Saya beragama Islam, tetapi saya tertarik menyaksikan Pesparani ini. Saya ingin melihat langsung dan mengenal umat Katolik dari seluruh Indonesia, lebih khusus mau berfoto dengan Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo,” cerita Siti Halima, seorang penonton yang ikut memadati halaman Stadion Oepoi untuk menyaksikan pembukaan Expo Nusantara pada Kamis, (27/10/2022).

1.Sudah terbiasa dan bentuk toleransi

Expo Nusantara di Halaman Stadion Oepoi (Istimewa)

Siti Halima yang berasal dari Kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang ini mengatakan bahwa di NTT masyarakatnya sudah terbiasa dengan toleransi. Maka ketika gawai akbar di Kota Kupang, dirinya berharap semua orang yang datang dari berbagai daerah bisa menganggap Kota Kupang sebagai rumah yang penuh damai.

“Mari dan nikmati Kota Kupang, rumah bagi sejuta umat, tempat teraman bercerita soal toleransi,” ujarnya.

2.Ratusan orang menyaksikan secara langsung

Expo Nusantara di Halaman Stadion Oepoi (Istimewa)

Sedikitnya lebih dari 400 orang memadati halaman Stadion Oepoi untuk menyaksikan pembukaan Expo Nusantara. Di tengah keramaian, tidak saja umat Katolik tetapi nampak umat dari berbagai kalangan iman.

“Ada pesan toleransi yang kuat dalam kegiatan hari ini. Para pengisi acara adalah ibu-ibu muslim dan penari seka rjagad para pemudi Hindu. Termasuk Ketua Umum Pesparani II ini adalah seorang Muslim sekaligus Wakil Ketua MUI NTT, KH Jamaludin Ahmad, serta panitia lokal yang berasal dari agama lain,” ujar Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo.

3.Sekaligus rayakan Hari Sumpah Pemuda

Ilustrasi (Unsplash/Valentin Salja)

Uskup Agung Jakarta sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia ini menambahkan perayaan Pesparani Nasional II ini diadakan bersamaan dengan perayaan Sumpah Pemuda 28 Oktober.

“Ada makna persatuan dan semangat persaudaraan yang mau disampaikan. Bila berkaca pada sejarah maka umat Katolik sadar bahwa Pesparani adalah peristiwa rohani dan peristiwa kebersamaan. Perayaan untuk Tuhan dan Tanah Air,” jelasnya.

Ia memberi contoh ikon toleransi Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang dihubungkan dengan trowongan silahturahmi. Karena itu, dirinya berharap Pesparani Nasional II ini tidak lagi bersifat kedaerahan tetapi menjadi satu kesatuan yang kuat yang membawa nama Gereja dan Bangsa.

Editorial Team

EditorLinggauni