Ilustrasi Natal (unsplash.com/Photo by S&B Vonlanthen)
Natal sendiri adalah pewartaan agung, kata dia, yang mana Allah masuk ke dalam sejarah manusia dengan menjadi anak yang lahir dari sebuah keluarga Yosef dan Maria. Ia menyoroti peran Yosef sebagai suami yang sedia dan ada bagi Maria yang tengah hamil. Yosef sendiri digambarkan sebagai sosok yang menerima Maria yang sudah mengandung ke rumahnya sebagai isterinya.
Ia pun menjadi ayah agar Anak Allah yang menjelma ke dunia tidak berada dalam keterasingan dan melindungi ketika Raja Herodes ingin melenyapkannya sejak masih janin. Ia membawa Maria hingga ke Mesir dan tak melepaskannya dalam kondisi apapun hingga Yesus lahir meskipun ia hanya mampu berada dalam sebuah kandang hewan.
"Meskipun tidak harus menghadapi perundungan media sosial seperti zaman sekarang, Yosef tentu harus menanggung berbagai bisik-bisik dan gunjingan ketika ia membawa ketimbang menceraikannya seperti yang dituntut oleh Hukum Musa," ungkap dia.
Yosef memang bukan ayah biologis namun ia menyebutnya sebagai bayangan dari Allah sendiri dan mengutip Paus Fransiskus bahwa “seorang ayah sejati tidak dilahirkan, melainkan dibentuk” melalui tanggung jawab merawat dan melindungi keluarganya. Pesan ini menjadi kritik halus terhadap absennya peran ayah dalam keluarga modern, di mana banyak pria gagal menjadi pelindung di tengah maraknya kekerasan domestik dan ketidakstabilan rumah tangga.
"Pada zaman ini, sosok Yosef, dan juga Maria, mengingatkan kita bahwa keluarga diselamatkan bukan oleh kesempurnaan, melainkan oleh kepercayaan kepada Allah," tukasnya.