Ribuan masyarakat menghadiri tradisi perang Topat, Kamis (8/12/2022). (IDN Times/Muhammad Nasir)
Perang topat adalah sebuah peristiwa budaya yang sudah menjadi pranata adat yang berkaitan dengan budaya pertanian yang diadakan di taman Kemaliq dan Pura Lingsar. Dalam pura ini, ada dua bangunan besar yakni Pura Gaduh sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, dan bangunan Kemaliq yang disakralkan sebagian umat muslim Sasak dan masih digunakan untuk upacara-upacara ritual adat hingga kini.
Masyarakat Desa Lingsar selalu menggelar ritual perang topat pada hari ke-15 bulan ke tujuh pada penanggalan Sasak Lombok, yang disebut purnama sasih kepitu (Purnama bulan ketujuh), atau hari ke 15 bulan keenam pada penanggalan Hindu Bali, yang disebut purnama sasi kenem (Purnama bulan keenam). Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok.
Perang Topat dilakukan pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak. Sore hari yang merupakan puncak acara yang dilakukan setelah salat Ashar. Tanda itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar. Ribuan umat Hindu dan Muslim memenuhi Pura Lingsar, dua komunitas umat beda kepercayaan ini menggelar prosesi upacara Pujawali, sebagai ungkapan atas puji syukur limpahan berkah dari sang pencipta.
Perang Topat dilakukan dengan saling melempar ketupat di antara masyarakat muslim dengan masyarakat hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan.