Foto Kantor PDAM Bima (IDN Times/Juliadin)
Hal senada juga diutarakan warga lain, Astri (36). Ibu rumah tangga ini mengaku, krisis air bersih dialami warga sekitar terjadi sejak layanan PDAM tak berfungsi dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Astri, tak berfungsinya layanan perusahaan daerah itu membuat warga menggunakan air sumur. Selain rasanya asin, air di sumur warga tersebut berbau dan berwarna coklat.
Karena tak ada pilihan lain, Astri dan warga lain tak peduli dengan kondisi air yang tak layak digunakan itu. Namun demikian, air sumur yang mereka gunakan itu hanya untuk keperluan harian seperti mencuci, mandi dan keperluan WC.
"Sumur di sini tidak bisa dimanfaatkan untuk konsumsi karena asin. Apalagi saat musim kemarau, airnya berwarna coklat dan berbau. Jangankan untuk minum dan memasak, buat cuci aja sebenarnya tidak layak. Kalau dipakai buat masak, nasinya kekuningan," ucapnya.
Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi, lanjut Astri, warga harus membeli air bersih yang dijual beberapa warga di luar kawasan kompleks. Ibu empat anak ini mengatakan, warga membeli air itu karena di permukiman mereka tak memiliki sumber mata air yang memadai.
Sementara air sumur di rumah warga tidak bisa digunakan untuk dikonsumsi. Sebab, air di lingkungan sekitar terasa asin akibat imbas laut. Meski begitu, hingga saat ini belum ada bantuan pemerintah untuk pengadaan air bersih khusus bagi warga yang tinggal dalam perkampungan tersebut.
"Kalau pun ada bantuan dari BPBD hanya yang didepan jalan raya. Sementara dalam perkampungan seperti kita ini tak kebagian," tuturnya.
Menurut dia, warga sudah berulangkali mendatangi kantor BPBD. Namun persoalan layanan PDAM itu tidak pernah dituntaskan.
"Bayangkan krisis air ini sudah bertahun-tahun lamanya, tapi hingga saat ini belum ada perhatian dari pemerintah,"pungkasnya.
Bagian Penagihan PDAM Bima, Darmawan yang dikonfirmasi tak menampik krisis air di Kelurahan Paruga. Hal itu lantaran kondisi PDAM dalam beberapa tahun terakhir diterpa masalah kekurangan biaya operasional.
"Bukan hanya kekurangan biaya operasional, gaji kami 29 bulan belum juga dibayar oleh Direktur PDAM Bima. Mana mungkin kami bisa penuhi kekurangan air yang ada saat ini," kata dia ditemui di kantor PDAM Bima, Kamis (21/9/2023).
Menurut Darmawan, selain di Kelurahan Paruga, kekurangan air juga terjadi di belasan titik di Kota Bima. Sementara yang masih berjalan hanya terhitung pada beberapa titik saja.
"Sisa beberapa titik yang airnya masih berjalan," tandasnya.