Pantai Lasiana NTT Sepi Pengunjung, Pedagang Tak Mau Bayar Sewa Lapak

Kupang, IDN Times - Pantai Lasiana, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), tak mengalami lonjakan jumlah pengunjung di masa libur Lebaran tahun ini. Para penjual merugi karena kondisi ini sebab tak bisa balik modal. Mereka sepakat untuk tidak membayar sewa lapak.
"Di hari Lebaran kedua (H+7) tahun ini saja tidak ramai," kata Ricki, seorang penjual tiket masuk di pantai tersebut, Kamis (3/5/2025).
Sejak awal liburan ini, lanjut dia, pengunjung tak sebanding dengan tahun sebelumnya. Ricki menambahkan cuaca buruk selama Maret hingga April ini juga menjadi faktor yang mempengaruhi pada tingkat kunjungan.
1. Kunjungan harian tak lebih dari 100 orang
Ricki menyebut jumlah kunjungan harian tak melebihi 100 orang selama periode libur Lebaran tahun ini berbeda dengan tahun lalu yang bisa mencapai seribu orang.
"Ini tahun turun jauh. Pengunjung hampir kosong. Kalau beberapa hari ini tidak sampai 100 orang, sore pun sama, belum lagi kalau hujan," kata dia.
Kegiatan yang biasa dilakukan di pantai itu juga sudah jarang sekali. Biasanya pengunjung akan membuat kegiatan dengan menyewa panggung yang ada di tengah pantai itu. Namun begitu tak pernah ada lagi kegiatan beberapa saat ini.
"Tapi sejak dua minggu lalu tidak ada kegiatan-kegiatan," tambah dia.
Ricki menjelaskan harga tiket masuk ke Pantai Lasiana dipatok Rp 6.000 per orang dewasa, Rp 3.000 per anak, Rp 3.000 per mobil, dan motor Rp 2.000.
2. Bahan jualan terpaksa jadi makanan hewan peliharaan
Marselina Mena, salah satu penjual di Pantai Lasiana turut merasakan dampak turunnya kunjungan ke pantai yang dikelola Pemerintah Provinsi NTT ini. Marselina mencontohkan kelapa yang ia jual belum laku sejak mulainya masa libur Lebaran.
"Mulai liburan itu, sampai sekarang ini kelapa itu-itu saja, belum laku. Ini karena libur masih ada yang datang tapi tidak banyak yang beli, apalagi kalau tidak liburan," tukasnya.
Tak jarang jualannya ia beri kepada hewan peliharaan karena tidak laku. Makanan seperti mi instan yang masih bisa dikonsumsi sebelum kedaluwarsa akan segera mereka habiskan.
"Rugi karena kita beli barang tapi tidak ada yang makan. Kita terpaksa kasih ke binatang peliharaan. Tapi nanti harus tetap beli baru. Ya, tidak pemasukan, tapi mau bagaimana sudah," ungkapnya lagi.
3. Naiknya harga tiket masuk
Turunnya kunjungan ini ia rasakan sejak kenaikan harga tiket masuk ke pantai ini. Kenaikan ini, kata dia, terjadi di masa Penjabat Gubernur NTT Ayodhya Kalake. Ia juga menduga efisiensi anggaran memengaruhi daya beli masyarakat.
"Itu sudah, semuanya terdampak. Harga karcis tidak turun, ada efisiensi lagi, tambah lagi sekarang banyak tempat wisata bukan hanya di Lasiana," kata dia.
Sebelum ada kenaikan harga tiket, Marselina mengaku bisa untung ratusan ribu per hari. Sekarang ia kesulitan untuk balik modal. Lapak jualan pun banyak yang kosong saat ini.
"Tidak semua orang jual lagi. Banyak yang sudah kosong karena tidak ada orang. Sekitar 30-an orang harusnya tapi hari ini hanya 5 orang saja yang ada. Terlalu sepi, biasanya ramai. Mungkin pengunjung tahu juga harga tiket masuk naik. Jadi kurang banyak," tambah Marselina.
Pedagang yang biasanya berjualan sejak pukul 08.00 WITA hingga pukul 18.00 WITA ini mengaku kondisi sekarang berbeda dengan saat Viktor Laiskodat masih Gurbernur NTT. Kala itu, kata dia, pengunjung hanya membayar tiket untuk kendaraan masuk saja.
4. Penjual sepakat tidak bayar sewa
Amelia Ndolu, salah seorang penjual juga menunjukkan beberapa lapak yang sudah kosong. Perempuan yang sudah puluhan tahun berjualan di pantai itu tidak mampu membayar sewa dan meminta tarif masuknya diturunkan.
"Kendalanya di karcis terus, kami lapor tapi mereka bilang sudah ada Perda. Kami tidak bisa bayar sewa kios. Satu bulan Rp100 ribu. Jadi ini kami sudah nunggak berapa bulan. Nanti habis Lebaran mereka tagih lagi. Kalau bisa harga sewa ini turun Rp50 ribu," kata Amelia.
Amelia juga mengaku para penjual telah sepakat untuk mogok membayar sewa lapak. Alasannya, karena mereka telah merugi selama liburan sehingga tak bisa membayar sewa lapak.
"Jadi kami semua sepakat tidak bayar. Mogok sudah, mereka tagih tapi memang tidak laku bagaimana mau bayar. Ini banyak yang kosong karena modal mereka habis," sebut dia.
Dia menyebut para pengunjung biasanya hanya parkir tapi tidak membeli makanan yang mereka jual. Kondisi ini sudah berlangsung sejak liburan Natal hingga saat ini.
"Lebaran ini juga tidak laku banyak. Jadi kami semua penjual sepakat untuk tidak bayar dulu karena kosong, dari Natal sampai Lebaran. Harusnya Lebaran begini bisa dapat Rp200 ribu atau Rp300 ribu sehari, sekarang kosong," kata dia.
5. Tak bayar sewa sejak 2022
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Noldy Hosea Pellokila, ada Peraturan Daerah (Perda) NTT Nomor 1 Tahun 2024 yang mengatur tarif baru masuk Pantai Lasiana. Untuk itu ia berpatokan atau mengikuti aturan ini.
Ia juga membenarkan para penyewa hingga saat ini belum membayar sewa lapak. Sejak 2022, kata dia, hanya ada 5 penyewa yang membayar lapak. Sehingga menurutnya ini bukan ini dihadapinya secara persuasif.
"Sewa lapak itu diatur sebulan Rp100 ribu tapi sampai dalam beberapa tahun ini memang belum ada yang bayar. Dinas Pariwisata NTT secara persuasif melakukan pendekatan dan secara administratif mengirimkan surat teguran. Pemprov NTT memaklumi para penjual yang tidak setiap hari berada di Pantai Lasiana untuk berjualan," jelas Noldy, Rabu (9/4/2025).
Menurut dia, perlu juga perubahan variasi menu agar menarik minat pengunjung. Para penyewa ini, lanjut dia, telah diberi pelatihan profesi sejak 2019 agar dapat membuat variasi menu. Pemugaran lapak-lapak juga dinilainya penting sebelum dipakai para penyewa agar menarik minat pengunjung.
"Sepanjang kita hanya jualan itu-itu saja, kan ada 22 lapak, kalau yang dijual hanya itu-itu saja, tapi yang jual sekarang kan sudah mama-mama semua jadi kreativitasnya belum bagus. Makanya saya berharap ada satu anak muda yang punya model yang baru. Kita coba fasilitasi nanti," jelas dia.