Ayah korban bunuh diri RW, Nasruddin. (dok. Istimewa)
Sementara, ayah RW, Nasruddin mengatakan anaknya disuruh mengaku mencuri HP oleh polisi saat dilakukan pemeriksaan di Polsek Kayangan. Padahal, RW tidak sengaja memasukkan HP pegawai Alfamart ke dalam tasnya.
HP tersebut juga sudah dikembalikan kepada pemiliknya dalam waktu kurang dari 24 jam. Selain itu, anaknya juga sudah berdamai dengan pemilik HP yang disaksikan kepala dusun dan kedua belah pihak.
"Anak saya diancam kalau ndak ngaku bilang maling tetap kena. Disuruh mengaku padahal barang yang diakui sudah jelas HP-nya. Sudah dikembalikan, sudah ada surat damainya, disaksikan oleh pak Kadus, kedua belah pihak, dua keluarga," kata Nasruddin.
Nasruddin menjelaskan bahwa perdamaian itu memang tidak disaksikan oleh aparat kepolisian. Setelah damai, kedua belah pihak bubar. Namun anaknya RW masih di Polsek Kayangan dan pulang ke rumah menjelang buka puasa.
Nasruddin mengungkapkan hal yang dirasakan anaknya sebelum bunuh diri adalah permintaan dari polisi agar mengakui mencuri HP.
"Tapi dia bilang anak saya ini, daripada aku bilang maling karena aku bukan maling lebih baik saya mati atau dipenjara seumur hidup," tuturnya.
Kabid Humas Polda NTB Kombes Pol Mohammad Kholid mengatakan polisi masih melakukan pendalaman terkait penyebab aksi perusakan dan pembakaran di Polsek Kayangan. Dia mengatakan mengatakan polisi masih melakukan pemeriksaan terkait motif yang menyebabkan peristiwa tersebut.
Berdasarkan keterangan warga setempat, RW dituduh mencuri HP milik pegawai Alfamart Kayangan. RW salah mengambil HP dan memasukkannya ke dalam tas miliknya. Peristiwa tersebut terekam CCTV.
Pegawai Alfamart melaporkan kejadian tersebut ke aparat kepolisian. Peristiwa ini sudah dilakukan mediasi dan terjadi perdamaian. RW juga sudah mengembalikan HP tersebut ke pemiliknya.
Bahkan di akun media sosialnya, RW mengatakan tidak melakukan pencurian dan salah mengambil HP yang warnanya mirip dengan miliknya. Meskipun telah berdamai, tetapi berkas di kepolisian belum dicabut.
Karena peristiwa tersebut, RW depresi dan malu karena rekaman CCTV Alfamart beredar di media sosial. Warga beranggapan RW tertekan oleh oknum penegak hukum sehingga nekat mengakhiri hidupnya.
Pada Senin, 17 Maret 2025 sekitar pukul 18.00 WITA, RW ditemukan meninggal dalam kondisi tergantung di rumahnya. Peristiwa ini diduga menjadi pemicu yang membuat warga melakukan perusakan dan pembakaran di Polsek Kayangan.