NTB Dikelilingi Banjir Bandang dan Banjir Rob, Ribuan KK Mengungsi

Mataram, IDN Times - Sejumlah kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami musibah banjir. Banjir sejak awal Desember ini terjadi di Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Kota Mataram dan Kota Bima. Sementara untuk wilayah Kabupaten Dompu, banjir terjadi pada November lalu.
Musibah banjir ini tidak hanya merusak rumah warga, namun menimbulkan korban jiwa. Ada empat korban meninggal dunia akibat terseret arus banjir. Sementara satu lainnya dinyatakan hilang dan masih dalam proses pencarian. Banyak ternak yang mati karena terseret derasnya arus.
1. Ratusan rumah rusak di Lombok Barat
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lombok Barat Hartono Ahmad mengatakan bahwa jumlah rumah rusak akibat banjir di tiga kecamatan Lombok Barat mencapai 400 unit rumah. Jumlah rumah rusak terbanyak di Kecamatan Batulayar, dekat dengan Pantai Senggigi, Lombok Barat.
Untuk wilayah Kecamatan Sekotong, kata Ahmad, sebanyak 5 unit rumah rusak akibat banjir dan tanah Longsor. "Jumlah warga terdampak di Sekotong itu mencapai 1.222 kepala keluarga," kata Ahmad, Selasa (7/12/2021).
Dari data sementara BPBD, jumlah kepala keluarga (KK) terdampak di Kecamatan Gunungsari mencapai 2.849 KK. Adapun jumlah KK yang mengungsi sedikitnya 832 KK.
"Ada 400 unit rumah rusak. Jalan kabupaten di Desa Dopang dan Guntur Macan rusak," kata Ahmad.
Jumlah data KK terdampak sementara di Kecamatan Batulayar mencapai 1.250 KK. Sementara jumlah korban mengungsi mencapai 475 KK.
"Ada 43 unit rumah rusak. Jalan penghubung Mataram-Senggigi yaitu Jembatan Meninting rusak parah," katanya.
Ahmad menerangkan, jumlah korban meninggal mencapai empat orang. Satu orang merupakan bayi berusia enam bulan.
Ahmad mengatakan bahwa korban meninggal bersama ibunya akibat tertimpa bangunan rumah saat arus semakin deras menerjang rumah mereka.
"Kedua korban itu meninggal terseret arus. Selain itu, satu orang dinyatakan hilang," ujar Ahmad.