Warga NTB Harus Waspada, Penyakit ini Diam-diam Mematikan

Ada ratusan kasus DBD di NTB awal 2024

Mataram, IDN Times - Masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) harus tetap waspada terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB mencatat 358 kasus DBD pada bulan Januari 2024.

Penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti ini mengancam nyawa masyarakat. Sepanjang 2023, Dinkes Provinsi NTB mencatat 3.447 kasus DBD dengan jumlah 25 pasien meninggal dunia.

1. Pencegahan paling utama dengan menerapkan PHBS dan PSN

Warga NTB Harus Waspada, Penyakit ini Diam-diam MematikanKepala Dikes NTB dr Lalu Hamzi Fikri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Dinkes Provinsi NTB dr. Lalu Hamzi Fikri mengatakan pencegahan DBD yang paling utama dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan konsep 3M Plus.

Setiap orang diimbau untuk menguras dan menyikat bak penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas serta menggunakan obat nyamuk. Kemudian penaburan larvasida, pemasangan kawat, dan gotong-royong menjaga dan membersihkan lingkungan.

"Yang jelas 3M plus harus dilaksanakan. Selain 3M plus menghindari gigitan nyamuk atau upaya preventif. Misalnya, tempat gantungan baju ada risiko nyamuk dewasa. Dibolehkan juga menggunakan obat nyamuk yang aman seperti aerosol. Asalkan tidak ada yang punya gangguan pernapasan seperti asma dan sebagainya," kata Fikri dikonfirmasi di Mataram, Jumat (17/5/2024).

Baca Juga: Renovasi Kantor Gubernur NTB, Ratusan Pegawai Siap Direlokasi

2. Penggunaan kelambu efektif cegah DBD

Warga NTB Harus Waspada, Penyakit ini Diam-diam Mematikanilustrasi gejala penyakit (pexels.com/MART PRODUCTION)

Fikri menambahkan penggunaan kelambu juga efektif dalam mencegah gigitan nyamuk pembawa DBD. Tempat-tempat yang tinggi kasus malaria, masyarakat memasang kelambu yang ditaruhkan obat. Sehingga nyamuk tak bisa mendekat.

Kementerian Kesehatan juga melakukan uji coba menggunakan teknologi untuk mengurangi nyamuk aedes aegypti menggunakan Wolbachia. Penyebaran nyamuk Wolbachia menjadi salah satu inovasi pemerintah dalam mengatasi kasus DBD.

"Tapi ini masih uji coba di beberapa tempat. Kalau ini menjadi kebijakan, baru kita implementasikan. Pada tahap uji coba ini, masih pro dan kontra," terangnya.

Fikri mengungkapkan ada tren penurunan nyamuk pembawa DBD dengan penyebaran nyamuk Wolbachia. Selain itu, ada juga vaksin DBD namun belum menjadi program pemerintah dan masih berbayar.

Pihaknya berharap ke depan adanya vaksin DBD itu menjadi proteksi masyarakat. "Vaksin DBD sudah ada tapi terbatas dan berbayar. Belum menjadi program pemerintah yang gratis," tuturnya.

3. Terlambat penanganan DBD menyebabkan kematian

Warga NTB Harus Waspada, Penyakit ini Diam-diam MematikanIlustrasi memasang kelambu di tempat tidur untuk mencegah DBD (freepik.com/freepik)

Dikatakan, DBD merupakan penyakit yang menyebabkan kematian jika terlambat ditangani. Ia menyebut ada tiga fase penyakit DBD, yaitu fase awal, fase kritis dan fase pemulihan. Kasus yang sering terjadi, pasien yang mengalami panas secara tiba-tiba, setelah minum obat penurun panas tidak memeriksakan diri ke petugas kesehatan.

"Pada fase kritis, trombositnya turun. Kalau turun, kalau tidak rehidrasi, tidak minum, tidak ada infus yang masuk maka terjadi penurunan trombosit. Itu sering terjadi Dengue Shock Syndrome. Ini trombosit menurun secara mendadak, kadang sampai tak sadar dan terjadi kematian," jelasnya.

Fikri mengatakan pasien DBD harus waspada pada fase awal. Jangan sampai ketika panasnya turun, kemudian tidak konsultasi ke petugas kesehatan.

"Ketika panas mendadak tiba-tiba, konsumsi obat penurun panas. Setelah itu, bagusnya memang lebih baik konsultasi dengan petugas kesehatan," sarannya.

Pada Maret 2024, sembilan wisatawan asing terserang penyakit DBD di Gili Air, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara periode Februari hingga Maret 2024. Kasus DBD di destinasi wisata tujuan wisatawan mancanegara itu diketahui berdasarkan riwayat penderita kasus DBD yang pernah dirawat di Klinik Medika Gili Air.

Namun semua penderita DBD tersebut sudah dinyatakan sembuh. Upaya yang dilakukan dalam penanganan kasus yaitu melalui penyelidikan EPID, koordinasi dengan Klinik Medika, respons terhadap lingkungan dan vektor.

Dinkes NTB mendistribusikan logistik untuk kegiatan pencegahan, pengendalian seperti insektisida, larvasida, dan alat pengendalian serta alat diagnosa DBD.

Baca Juga: Bakal Ada Kejutan, PKS Siapkan Opsi Bang Zul Tanpa Rohmi 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya